Sabtu, 13 Februari 2016

Nga Pa Ya



Membersamai anak-anak saat belajar mengeja huruf-huruf dalam Alquran memberikan kesan tersendiri buatku. Mengajari anak-anak yang berasal dari latarbelakang suku dan daerah yang berbeda saat melafalkan huruf hijaiyah ada keunikan tersendiri. Aksen dialek mereka ternyata susah dihilangkan begitu saja. Butuh ketelatenan agar mereka bisa melafalkan huruf hijaiyah dengan sempurna. 

Semua berawal saat aku mengajar Taman Pendidikan Alquran ( TPA ) di Ambarawa, sebuah desa di Lampung yang didominasi oleh suku Jawa dengan aksen Ngapak. Anak-anak disana susah sekali melafalkan huruf ‘Ain dengan baik. Aku sendiri yang juga berbahasa Jawa Ngapak masih terus belajar untuk bisa melafalkan huruf ‘ain dengan sempurna (hehehe). Saat mengajari mereka huruf ‘ain selalu dibaca “Ngain”. Berkali-kali diulang, ‘Ain tetap saja dibaca Ngain. Pelafalan ‘A dalam lidah mereka sudah terbiasa dibaca Nga. Benar-benar dah, kudu sabar. Tapi, lama-lama kalau diulang-ulang terus mereka juga akan terbiasa membaca huruf ‘ain dengan baik. Iya enggak ?

Lain lagi, saat aku mengajar TPA di Tatar Sunda, tepatnya di Pamijahan-Bogor, Jawa Barat. Walau hanya sebulan membersamai bocil-bocil dengan aksen sunda yang begitu kental, tapi aku mampu merasakan aura yang berbeda saat mereka mulai melafalkan huruf hijaiyah, khususnya huruf Fa. Mulai dari bocah piyik yang belum sekolah hingga anak SMP yang rajin mengaji TPA rata-rata mereka susah melafalkan huruf Fa. Huruf Fa selalu dibaca Pa. Harus sabar dan tekun mengajari mereka agar bisa membaca dengan benar. Misalnya, Salah satu muridku, Lutfi, kelas 1 SMP. Dia termasuk yang kesusahan melafakan huruf Fa.
Lutfi ayo baca, huruf ‘Fa”.
“Pa,” jawab dia. “
Bukan Pa, tapi Fa, “ timpalku.
Ayo, coba ulang lagi. “ Fa, Fa, Fa,” teriakku.
“Fa, Pa, Fa,” jawabnya lagi.
“Bukan, Pa tapi Fa. Ayo coba ulang lagi, Fa, Fa, Fa,” kataku.
“Fa, Pfa , Pa,” ulang dia dengan penuh tertatih.
 #SabarSampaiDiaBisaBacaDenganBenar #SabarSabarSabar

Pengalaman kali ini juga tak kalah serunya. Membersamai anak-anak TPA di Lereng Merapi-Merbabu, Magelang, Jawa Tengah. Kesulitan anak-anak disini dalam melafalkan huruf Za. Huruf Za selalu dibaca Ya. Jadi, kalau bilang Zakat itu Yakat, Zamzam dibaca Yamyam, Zaitun dibaca Yaitun dan masih banyak yang lainnya. Hampir semua murid di sini kesulitan mengucapkan huruf Za. Salah satu murid TPA-ku, Viki, mengalami hal ini. Berkali-kali, mengucapkan huruf Za pasti dibaca Ya. Aku perhatikan orang tua di sini pun melafalkan Za menjadi Ya. Oalah.... iki tho masalaeh. Yo wis nek ngono.

Pengalaman memberiku banyak pelajaran yang tak kutemui di bangku sekolah. Dengan melakukan sebuah perjalanan banyak hikmah yang kupetik. Perjalanan itu ibarat potongan puzzle yang berserakan dan tugas kita adalah menyatukan kembali potongan-potongan puzzle itu agar terlihat sempurna. Wallohu ‘Alam.

*Bocil : Bocah Cilik
*Piyik : Anak usia pra sekolah

0 komentar:

Posting Komentar

Pages