Masyarakat Lampung memiliki tradisi yang unik yang
tidak dimiliki oleh suku lainnya di Indonesia. Apalagi saat ini kita mengenal
adanya dua jurai yakni Lampung Pepadun dan Saibatin. Hal ini tentunya semakin memperkaya
khazanah budaya Indonesia khususnya Lampung. Dalam proses daur hidup masyarakat
Lampung semua masa proses peralihan kehidupan memiliki upacaranya
masing-masing. Mulai dari proses kelahiran, menginjak masa remaja, pernikahan
hingga kematian. Semuanya dilakukan secara adat. Salah satu tradisi yang masih
berkembang hingga saat ini adalah Busunat.
Lazimnya tradisi busunat hanya dilakukan oleh anak laki-laki yang mulai
menginjak masa akil baligh (dewasa). Ini merupakan salah satu prosesi yang
harus mereka ikuti. Apalagi sejak islam masuk dalam tataran suku Lampung, islam
begitu mempengaruhi kehidupan merka termasuk dalam tradisi busunat ini. Dalam
ajaran agama islam sunat merupakan salah satu yang salah satu sunnah nabi yang
diperintahkan kepada setiap umat muslim laki-laki. Tujuannya adalah untuk
membersihkan diri dari kotoran. Demikian pun dengan tradisi busunat ini yang
merupakan salah satu prosesi menuju pendewasaan diri.
Ngarak merupakan
proses mengarak kabayan sunat (pengantin sunat) menuju rumah ayahnya berasal.
Dalam hal ini rumah nenek/kakek mereka. Sementara busunat merupakan istilah
dalam bahasa Lampung yang berarti berkhitan. Ini merupakan salah satu tradisi
yang masih dikembangkan oleh masyarakat Lampung pesisir yang tinggal di Pekon
Tekhbaya Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus. Mereka secara turun
temurun masih melakukan ngarak kabayan sunat (busunat) sebagai sebuah tradisi
dan warisan leluhur yang harus mereka jaga hingga akhir massa.
Tradisi ngarak kabayan sunat atau yang lazim dikenal
dengan ngarak kabayan lunik ini merupakan salah satu rangkaian dalam acara adat
Busunat. Pada kesempatan kali ini ada dua kabayan lunik yang akan melakukan
acara adat busunat. Mereka adalah kakak beradik yakni, Ivan dan Ahda yang
berumur 11 dan 8 tahun. Awalnya kedua kakak beradik ini dari rumah memakai
pakaian sederhana namun bisa juga menggunakan jas modern yang biasa kita kenal.
Sementara itu, dalam rombongan ngarak tersebut kedua kabayan sunat ini berada
dalam barisan paling depan serta dikelilingi oleh muli lunik (gadis silik) yang
merupakan saudari-saudari dari kedua kabayan sunat tersebut. Selain itu ada dua
orang pemuda yang turut mengawal dan berada disamping kedua kabayan tersebut.
Kedua pemuda itu merupakan saudara laki-laki dari ayah/ibu mereka.
Selain itu,
turut pula dalam rombongan keluarga besar dari ayah dan ibu kedua kabayan sunat
itu terutama kaum wanita. Memang dalam prosesi ngarak kabayan sunat kali ini
didominasi para wanita. Selama prosesi ngarak para wanita tersebut terus
bernyanyi dengan diiringi tabuh rebana. Mereka bernyanyi riang gembira sebagai
salah satu ungkapan kegembiraan dan sukacita atas dikhitannya kedua kabayan
sunat. Lagu-Lagu tradisional Lampung terus didendangkan sepanjang perjalanan.
Hanya sesekali mereka berhenti untuk merapihkan para peserta ngarak kabayan
sunat ini. Lagu-lagu yang didendangkan tersebut berisi doa-doa dan ungkapan
kegembiraan. Maka tak heran lagu tersebut dimulai dengan ucapan salam dalam
islam.
Dalam tradisi masyarakat Lampung pesisir prosesi
ngarak dilakukan dan biasanya tempat yang dituju untuk ngarak adalah rumah dari
orangtua kabayan (pengantin) itu berasal. Maka pada tradisi ngarak ini kedua
kabayan sunat tadi dari rumah diarak menuju rumah nenek/kakek mereka dari pihak
ayah. Saat rombongan ngarak sampai di rumah yang dituju maka sang tuan rumah
mempersilahkan masuk para peserta ngarak. Kedua kabayan sunat ini kemudian
berganti pakaian menggunakan pakaian tradisional Lampung pesisir. Pakaian adat
tersebut dibawa oleh beberapa orang yang turut dalam prosesi ngarak sebelumnya.
Selama kedua kabayan sunat ini berganti pakaian, ibu-ibu yang kembali memainkan
tabuh rebana untuk mengisi acara agar terlihat lebih semarak dan bahagia. Kali
ini lagu-lagu yang didendangkan lebih bersifat ceria dan hiburan. Para peserta
tampak bahagia melihat para ibu-ibu memainkan rebana. Sesekali mereka akan
berhenti untuk menikmati hindangan berupa buak (kue) khas Lampung yang
diletakkan diatas seprai (kain segi panjang yang diletakkan di lantai sebagai
alas). Selepas menikmati hidangan biasanya mereka akan terus memainkan alat
musik rebana hingga kedua kabayan sunat siap diarak menuju rumah mereka.
Saat kedua kabayan sunat sudah memakai pakaian adat
maka akan kembali diarak. Kedua kabayan sunat ini mengenakan pakaian adat
Lampung pesisir dengan warna dominan merah. Mereka juga menggunakan penutup
kepala yang lebih dikenal dengan iket pucuk. Penutup kepala ini semacam topi
dengan bagian ujungnya yang begitu lancip. Ini menjadi salah satu ciri khas
masyarakat Lampung pesisir. Selama prosesi ngarak kabayan sunat ini para
ibu-ibu akan kembali menabuh musik rebana hingga sampai di rumah kedua kabayan
sunat tadi. Namun, pada prosesi ngarak ini mereka juga akan diarak bersamaan
dengan ibu ratu (istri saibatin/pimpinan) masyarakat setempat.
Ibu ratu juga
telah diarak oleh para ibu-ibu yang menggunakan payung khas berwarna putih. Ibu
ratu berjalan paling depan, sementara kedua kabayan sunat berada di belakang
ibu ratu. Mereka akan terus berjalan dan diiringi tetabuhan hingga sampai di
rumah.
Sesampainya di rumah kedua kabayan sunat dan ibu ratu akan disambut oleh
dua orang laki-laki dewasa dari pihak orangtua kabayan sunat dan kelama
(keluarga besar pihak ibu kabayan sunat). Mereka saling berbalas pantun sebagai
sebuah tradisi masyarakat Lampung saat menyambut kabayan. Setelah itu selesai,
barulah mereka diperkenankan memasuki rumah. Inilah salah satu tradisi ngarak
kabayan sunat yang masih terus lestari hingga kini. Tabik.
0 komentar:
Posting Komentar