Minggu, 17 Agustus 2014

Wisata Budaya : Kebaya dipadu dengan Tenun Ikat Selinggang Alam





Kain ikat Selinggang Alam merupakan kain ikat khas Lampung yang berasal dari daerah Menggala, Tulang Bawang. Kain ikat Selinggang Alam merupakan salah satu kain yang sudah cukup tua usianya. Kain ikat Selinggang Alam tentunya tak jauh dari legenda seorang bidadari yang turun di Menggala, Tulang Bawang. Ini hanyalah sebuah legenda yang cukup populer di Menggala. Ternyata legenda tersebut turut memperkaya khazanah budaya bangsa memlalui kain tradisional. Lama tak begitu dikenal, kini, Kain Ikat Selinggang Alam mulai populer kembali. 

 

Salah satu designer yang turut mempopulerkan yakni Raswan. Kain ikat Selinggang Alam yang biasanya digunakan untuk upacara adat Lampung kini dimodifikasi menjadi pakaian lebaran yang kental dengan nuansa etnik Lampungnya. Tenun Ikat Selinggang Alam memiliki motif yang unik yang tidak ditemukan pada kain tradisional lainnya di Lampung. Dominan warna yang digunakan berwarna merah dengan dipadu sedikit warna krem. Ini menjadi paduan yang sangat menarik. 


 


Kain Ikat Selinggang Alam oleh Raswam dipadu dengan kebaya berwarna putih dan hijab yang berwarna putih. Agar semakin anggun, desainer yang akan mewakili Lampung ke Turki ini menambahkan Selendang sutra batik tulis. Motif yang digunakan pada selendang ini menggunakan motif pelepai (kain kapal) yang berasal dari pesisir Kalianda, Lampung Selatan. Semuanya menjadi paduan yang cantik dan cocok dipakai saat berlebaran. “Kain ikat selinggang alam juga cocok dipakai buat lebaran apalagi dipadu dengan selendang sutra, makin cocok,” kaat dia.

 

Selain itu, menyambut Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriyah ini, Raswan juga kembali mengeluarkan desain tenun ikat inuh Kalianda dipadu dengan kebaya bordir Lampung. Kain ikat tenun inuh ternyata tidak hanya berasal dari Lampung Barat saja. Masyarakat pesisir Kalianda juga mengenal kain ikat tenun inuh. Motif yang digunakan juga banyak mendapat pengaruh dari daerah pesisir Kalianda.




  
Kain inuh dari Kalianda ini memiliki motif kapal (pelepai) dan juga siger. Kain inuh ini dipakai seperti layaknya menggunakan kain tradisional Lampung lainnya. Kali ini Raswan memadukan dengan kebaya bordir Lampung yang memiliki renda-renda berbentuk bunga-bunga. Renda-renda itu memenuhi bagian lengan dan pada ujung kebaya. Warna yang digunakan pada kebaya bordir Lampung cenderung berwarna silver. Kain ikat tenun inuh dipadu dengan kebaya bordir Lampung menjadi satu paduan yang sangat istimewa di hari raya. “Kain tradisional Lampung juga bisa mendunia dan nggak kalah kain-kain lainnya di Indonesia,” kata dia. 




0 komentar:

Posting Komentar

Pages