Mahan Hangal Pubian
Rumah merupakan bagian tak terlepaskan dalam
kehidupan masyrakat. Setiap suku memiliki keragaman dan kekhasan bentuk
rumahnya masing-masing. Salah satu masyarakat yang memiliki bentyuk rumah yang
khas yakni masyarakat Lampung di pekon Rantau Tijang Kecamatan Pugung,
Tanggamus. Masyarakat di sini merupakan keturunan Lampung pubian yang memiliki
ikatan kuat dengan masyrakat Lampung pubian di Lampung Tengah. Konon, dari
sanalah puyang mereka hijrah dan kemudian menetap di sini.
Masyarakat Lampung pubian ini memiliki bentuk rumah
tradisional yang khas. Masyarakat setempat menyebut rumah dengan sebut Mahan.
Mengingat bentuknya yang tinggi maka masyarakat setempat menyebutnya Mahan
Hangal yang berarti rumah tinggi. Rumah tradisional ini dihuni oleh 2 kepala
keluarga. Sepintas bentuk rumah ini seperti rumah betang suku Dayak yang
berbentuk memanjang. Arpis dan Suwanhar telah mentepa di rumah ini
berpuluh-puluh tahun yang lalu. Namun, rumah ini dibangun oleh kakek mereka.
Usianya hingga kini mencapai 120 tahun. Tidak ada angka pasti yang menyebutkan
berdirinya rumah ini. Hanya tertera angka tahun keberangkatan haji kakek mereka
yakni tahun 1920 dan 1930. Angka tahun itu tertera pada bagian penopang tiang
penyangga rumah yang bercampur dengan tulisan aksara Lampung.
Mahan Hangal dengan kayu cendana yang masih kokoh
Mahan Hangal ini sangat kuat dan kokoh. Walaupun
telah berusia satu abad lebih namun rumah ini masih berdiri kokoh dan kuat.
Hanya pada beberapa bagian rumah yang sudah tampak rapuh. Namun, secara
keseluruhan rumah ini masih sangat kuat. Mahan Hangal ini berbentuk rumah
panggung. Tinggi tiang penopang rumah sekitar 2 meter lebih. Ada sekitar
puluhan tiang penopang kayu. Konon, kayau yang digunakan untuk pembuatan rumah
ini menggunakan kayu cempaka yang memang khusus untuk konstruksi bangunan
rumah. Kayu Cempaka banyak ditemukan di hutan-hutan sekitar kala itu. Maka tak
mengherankan jika hampir 90 persen bangunan rumah ini terbuat dari kayu. Mulai
dari tiang pengangga rumah, lantai hingga langit-langit rumah. Furnitur
pelengkap rumah puluhan tahun lalu itu pun masih bisa ditemukan di dalam Mahan
Hangal ini.
Ruang tamu tempat bercengkrama
Ada beberapa bagian yang digunakan untuk aktivitas
sehari-hari dalam rumah ini. Pada bagian depan misalnya biasanya digunakan oleh
para muli dan bebai untuk mengobrol dan berdiskusi setelah seharian
beraktivitas. Mereka biasanya menggelar appai (tikar) di bagian depan rumah
ini. Teras ini bentuknya sangat panjang dan lebar, jadi sangat cocok untuk
acara-acara kumpul bersama keluarga besar. Tak jarang mereka juga duduk-duduk
di tiang pembatas yang menyerupai pagar setengah tiang.
Ada 2 tangga pada bagian depan yang menandakan bahwa
rumah ini dihuni oleh 2 kepala keluarga. Mahan Hanggal ini memang sedikit
berbeda dengan rumah tradisional Lampung pada umumnya yang hanya dihuni oleh satu
kepala keluarga saja. Hanya ada ruang pembatas saja yang terletak di bagian
tengah. Ornamen khas Lampung begitu kentara pada bagian depan rumah. Ada besi
yang dibuat sesuai dengan ornamen Lampung yang digunakan untuk penyangga atap
bagian teras rumah. Sementara pada bagian atap depan terdapat ukiran semacam
tikhai yang begitu khas Lampung.
Teras Mahan Hangal tempat berkumpul para muli khik bebai
Bagian ruang tamu juga bisa digunakan orangtua
mengobrol dengan sanak saudara. Pada ruang tamu di Mahan Hangal ini banyak
ditemukan ornamen-ornamen masa lalu seperti patung tanduk rusa, hiasan
lampu-lampu tempo dulu, kopiah emas untuk upacara adat hingga pernak-pernik
khas Lampung lainnya. Barang-barang itu tersimpan rapih di dalam lemari
sebagian lagi mereka pajang di dinding ruang tamu.
Walaupun dihuni oleh
dua keluarga besar namun masing-masing rumah memiliki keunikan
masing-masing. Pada bagian rumah milik Suwanhar ini misalnya, pada bagian
dinding kamar tidur yang terbuat dari kayu terdapat tulisan arab. Saat Lampung
post membacanya itu berisi syair-syair yang ditujukan kepada pencipta alam
semesta yang biasa dilantunkan saat-saat acara adat digelar.
Tulisan Bahasa Arab tampak di dalam kamar milik Suwanhar
Sementara pada bagian rumah milik Arpis gelar Suntan
Pangikhan Darmawan ini masih memiliki banyak benda-benda berornamen Lampung.
Kursi kayu dan juga meja batu marmer juga masih kokoh dan dipajang di bagian
rumah tamu. Perkakas ini masih bisa digunakan sebagaimana mestinya. Selain itu
ada tanduk rusa, kopiah emas dan benda-benda khas Lampung lainnya.
Ruang tamu milik Arpis gelar Suntan
Pangikhan Darmawan
Secara keseluruhan rumah ini memiliki tinggi sekitar
10 meter. Rumah ini memang tampak berbeda dengan rumah-rumah disekitarnya.
Sekarang memang jarang sekali masyarakat yang membuat Mahan Hangal ini.
Rata-rata mereka membuat rumah pada umumnya. Namun, di Rantau Tinjang masih
bisa ditemui rumah-rumah tradisional Lampung yang memiliki karakteristik
tersendiri. Rumah-rumah itu terletak di sepanjang jalan Rantau Tinjang menuju
arah Kota Agung.
Atap rumahnya sangat
besar mengikuti bentuk Mahan Hangal ini. Pada bagian atapnya menggunakan
genting. Secara keseluruhan bangunan Mahan Hangal ini sangat unik dan tampak
mencolok dibandingkan rumah-rumah lainnya di sekitarnya. Selain tingginya rumah
ini juga bentuknya yang sangat khas dengan hiasan ornamen Lampung. Mahan Hangal
ini harus terus dijaga sebagai bentuk simbol Budaya Lampung Pubian.
0 komentar:
Posting Komentar