Jumat, 30 Mei 2014

Wisata Budaya : Melihat Gedung Dalom tempat Nayuh dilaksanakan




Gedung Dalom dipenuhi para bebai (wanita) saat prosesi Nayuh dilaksanakan


Pada umumnya rumah adat Lampung berbentuk panggung. Hamir 90 persen bahan yang digunakan pun menggunakan kayu. Namun, tidak semua suku Lampung membuat rumah jenis panggung untuk huniannya. Namun, nilai-nilai filosofis akan sebuah bangunan bernama rumah adat masih dipegang teguh oleh suku Lampung di Pekon Sukajadi yang merupakan suku Lampung Marga Pertiwi di Marga Pugung, Tanggamus. Pada umumnya rumah disini berbentuk layaknya rumah-rumah di perkampungan yang biasa kita jumpai. Sekilas kita belum merasakan denyut budaya Lampung. Namun, saat upacara adat dilakukan, nuansa Lampung-nya begitu terasa. 

Dalam sebuah upacara adat suku Lampung. Sebuah bangunan memiliki peranan yang begitu penting. Selain sebagai sarana untuk berlindung diri, juga sarat akan nilai budaya. Seperti, saat upacara Nayuh beberapa waktu lalu. Gedong Dalom yang merupakan “istana” raja, begitu memiliki peranan yang amat penting dan sakral. Gedung Dalom ini merupakan rumah penyimbang (pimpinan) suku Lampung disini yang menggunakan adat Saibatin. 



 Singgasana Suttan di dalam Gedung Dalom



Gedung Dalom memiliki beberapa bagian yang digunakan dalam sebuah pesta adat. Namun, bagian yang paling meriah adalah ruang tengah. Pada bagian ruang tengah ada sebuah singgasana yang digunakan untuk duduk raja dan ratu. Sementara para tamu agung duduk di lantai yang telah alaskan tempat duduk bantalan. Sementara disana ada talam becukut (talam berkaki) yang dipenuhi dengan aneka makanan tradadisional Lampung.



 
 Talam Bucukut - tempat menaruh makanan suttan dan petinggi kerajaan



Pada bagian dindingnya dihiasi dengan kebung (semacam hordeng dengan bentuk segiempat). Kebung ini memiliki simbol yang berbeda-beda. Jika kebungnya berwarna dominan putih itu artinya milik Suttan (pimpinan tertinggi). Sementara untuk para saibatin memiliki corak segitiga yan berbasangan keatas dan kebawah dengan dominan warna merah. Namun, beberapa garis lainnya pada bagian kebung ada warna hitam, kuning dan putih. Kebung-kebung ini memenuhi Gedung Dalom yang digunakan pada saat pesta adat ini.


 
 Kebung yang berfungsi untuk menutupi dinding, beda warna beda makna




Kebung berwarna putih ini menandakan milik Suttan



Pada bagian atas kebung, ada kaghedaian. Kaghedaian ini merupakan kain tradisonal aneka warna dan corak yang ditaruh pada bambu panjang diatas kebung. Jika kebung memenuhi Gedung Dalom, lain halnya dengan kaghedaian yang hanya memenuhi ruang tengah, tempat berlangsungnya pesta adat. Ada dua lapisan kaghedaian. Ini menunjukkan pada dalam kehidupan ada pimpinan dan yang dipimpin. Kain-kain tradisional ini haruslah kain panjang dengan motif yang beda-beda.




 Kaghedaian tampak berbaris rapih dengan tingkatan dua lapis



Sementara itu, bagian atas dari kaghedaian itu terdapat tikhai. Thikai ini dipasang pada bagian dinding paling atas dalam Gedung Dalom. Tikhai ini berbentuk segitiga memanjang dengan bulatan-bulatan kecil semacam manik-manik. Pada umumnya tikhai ini berwarna merah, hitam dan putih. Tikhai ini memiliki pernanan yang cukup penting. Hampir dalam setiap prosesi acara adat maupun kecil, tikhai hampir dipastikn hadir.


Bagian lain yang memiliki bagian cukup penting yakni Lalokhogkh. Lalokhogkh ini merupakan kain segiempat yang dipasang pada langit-langit Gedung dalom. Seperti halnya kebung yang memiliki beberapa warna dan simbol yang berrragam. Warna putih merupakan warna yang dimiliki oleh Suttan. Sementara Lalokhogkh yang berwarna dominan merah bercampur hitam, kuning dan putih biasanya dimiliki oleh para saibatin. 




 Lalokhogkh berwarna putih menandakan milik Suttan



Bagian lainnya dalam Gedung Dalom yakni Bulub Sangai. Tiang penyangga yang berdiri tegak diantara kebung pada bagian tengah gedung dalom. Bulub Sangai berwarna putih menandakan itu milik suttan. Sedangkan yang berwarna kuning miliki pangiran maupun dalom.

Seperti halnya pada bagian dalam, pada bagian luar Gedung Dalom juga dipenuhi dengan kebung yang menutupi keseluruhan Gedung Dalom.



Perlengkapan dalam Gedung Dalom




                                                         Tempat membuang sisa menyirih




                                                              Tempat sirih dan perlengkapannya






Terbaya, Pantai Berpasir Hitam nan Mempesona




Pantai Terbaya nan mempesona dengan pasir hitamnya


Seorang lelaki paruh baya menenggelamkan sebagian tubuhnya ke bibir pantai siang itu. Suasananya begitu sepi, hanya beberapa warga sekitar yang melintas di pinggir pantai sembari mandi di bilik-bilik bambu. Lelaki paruh baya itu seorang diri hanya ditemani gelombang yang sesekali menghempas tubuhnya. Itulah sedikit gambaran pantai Terbaya pada hari-hari biasa. Namun, saya weekend tiba, pantai ini akan dipadati pengunjung dari berbagai daerah terutama dari Lampung. Ratusan pengunjung bisa memadati pantai ini saat libur nasional atau pun saat akhir pekan tiba. Itulah gambaran Pantai Terbaya, atau dalam bahasa setempat dikenal dengan Tekhbaya. 

Saat akhir pekan tiba, pantai ini akan dipenuhi oleh pengunjung dari berbagai daerah. Bahkan, pengunjung dari luar kota seperti Jakarta, Palembang dan Serang pun sempat singgah disini. Pantai Terbaya cukup familiar di kalangan masyarakat Lampung terutama Tanggamus. Selain letaknya yang strategis di pinggir jalan juga lumayan murah tiket masuknya. Setiap pengunjung harus membayar tiket masuk, bagi pengguna sepeda motor dikenai harga Rp 15ribu. Sementara, untuk pengunjung yang menggunakan mobil pribadi dikenai charge Rp 25ribu. Bagi rombongan bus dikenai harga Rp 80ribu – Rp 150ribu.

Pantai Terbaya terletak di Desa Terbaya Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus. Pantai berpasir hitam ini bisa ditempuh menggunakan motor maupun mobil pribadi. Anda membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan dari Kota Bandar Lampung. Jalanan yang dilalui relatif mulus dan aman. Ada beberapa kelokan yang akan Anda lewati saat masuk kawasan Kota Agung. Pemandangan perbukitan yang begitu hijau pun begitu memukau. Apalagi diantara sisi perbukitan itu tersembul pemandangan Teluk Semaka yang begitu mempesona. Perpaduan yang benar-benar sempurna.



 Tugu Selamat Datang di Kota Agung perbatasan dengan Gisting Atas - Tanggamus



Pantai indah ini menjadi salah satu pantai tujuan utama di Tanggamus. Pantai ini sedikit berbeda dengan pantai-pantai pada umumnya yang didominasi pasir putih. Pantai terbaya berpasir hitam dan banyak sekali bebatuan yang tersebar di sepanjang bibir pantai. Batu-batu laut ini memang sudah ada sejak jaman dulu. Semakin ke arah kanan pantai, semakin banyak batu-batu pualam yang akan Anda temukan. Walaupun banyak bebatuan , namun Anda tetap saja bisa nyaman menyusuri bibir pantai nan eksotis ini.
Ada banyak kegiatan yang bisa kita lakukan saat mengunjungi pantai ini. Mulai dari menyusuri bibir pantai dengan pasirnya yang berwarna hitam hingga renang di pinggir pantai. Namun, hanya bagian sisi kanan pantai yang bisa digunakan untuk berenang. Ketinggian gelombang rata-rata antara 1- 2,5 meter. Pada saat-saat tertentu gelombang bisa mencapai 7 meter dan pengunjung dilarang berenang. Pada sisi kirinya umumnya banyak bebatuan berwarna hitam yang memenuhi pantai hingga kedalaman tertentu.



 Ombak Pantai Terbaya sangat aman untuk berenang


Pantai Terbaya masih tergolong alami, fasilitas yang disediakan hanya berupa gubug-gubug mungil beratapkan rumbia. Sebuah gubug mungil disewa dengan harga Rp 10ribu – Rp 15ribu tanpa ada batasan waktu. Selepas berenang Anda bisa membilas tubuh Anda dengan air tawar yang menyejukkan. Banyak bilik-bilik bambu yang digunakan untuk mandi oleh warga sekitar. Namun, saat banyak pengunjung bilik mandi ini berubah fungsi menjadi tempat pembilasan. Setiap pemakai jasa bilik mandi ini dikenai tarif sebesar Rp 2ribu. 



 Berfoto di area pantai walau minim fasilitas tapi tetap asyik


Pantai Terbaya sudah mulai dikunjungi wisatawan sejak tahun 70-an, namun baru sekitar tahun 1989 pantai ini baru benar-benar dibuka secara resmi untuk wisatawan. Sejak saat itulah pantai sepanjang 5 km ini semakin ramai didatangi para wisatawan. Biasanya wisatawan tahu dari mulut ke mulut. Namun tak sedikit juga yang mengetahuinya lewat internet. 



 Plang Pantai Terbaya - Pintu masuk II


Ada dua pintu masuk yang bisa digunakan oleh pengunjung memasuki kawasan Pantai Terbaya. Pintu masuk yang pertama ada plang ucapan selamat datang yang terbuat dari bambu. Ibu Aidawati biasanya selalu menjaga pintu pertama ini. Pintu masuk yang kedua dijaga oleh saudara ibu Aidawati sendiri. Anda akan disambut oleh resto besar yang terbuat dari rumbia dengan desain yang modern.



 Jalur trek mungil yang akan Anda lewati di pintu masuk I



 Pintu masuk II - disambut dengan resto yang modern


Warga sekitar juga memanfaatkan pantai ini untuk tujuan ekonomis seperti mencari cumbi. Cumbi ini merupakan binatang sejenis keong laut. Warga di beberapa daerah lainnya menyebutnya tutut. Cumbi ini banyak sekali ditemukan disini. Warga sekitar memanfaatkannya untuk makanan sehari-hari.


Selain wisata pantai ini juga banyak memiliki potensi ekonomi salah satunya cumbi si keong laut













Kamis, 29 Mei 2014

Segarnya Air Terjun Way Lalaan - Tanggamus



Air Terjun Way Lalaan



Sekelompok anak usia belasan tahun merendamkan tubuhnya di pinggir kolam, tempat berkumpulnya air terjun yang mengalir dengan derasnya.  Bercanda ria sembari saling memercikkan air ke tubuh-tubuh mungil mereka. Mereka tampak menikmati suasana yang begitu asri di Air Terjun Way Lalaan. Sementara di bagian lain, tampak ibu-ibu merendamkan kakinya dipinggir kolam sembari mengawasi anak-anak mereka. Itulah sekelumit gambaran tentang suasana di air terjun Way Lalaan.




 Tugu Selamat Datang di Air Terjun Way Lalaan




 Plang Banner Air Terjun Way Lalaan


Jika Anda berkunjung ke Kota Agung, Tanggamus, jangan lupa untuk menyempatkan diri berkunjung ke air terjun yang terletak di jalan lintas sumatera ini. Letaknya tak jauh dari arah pintu masuk kompleks kantor pemerintahan Kabupaten Tanggamus. Air terjun ini terletak di pekon Kampung Baru Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus, Lampung. Kini ada Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang turut mengelola air terjun ini. 

Ada kisah yang cukup menarik dengan penamaan air terjun ini. Way dalam bahasa Lampung berarti Air/Sungai. Sedangkan Lalaan berasal dari kata Lala yang berarti pedas. Jadi, Way Lalaan berarti Air/Sungai yang sangat pedas. Penamaan Way Lalaan sendiri untuk menyeimbangkan nama air tejun yang terletak di sebelah selatan Air Terjun Way Lalaan yakni Air Terjun Way Kandis. Jika Way berarti Air/Sungai, maka kandis dalam bahasa Lampung berarti asam/kecut. Namun, kini air terjun Way Kandis tak ada lagi, yang tersisa hanyalah dusun yang masuk bagian dalam pekon (desa) Kampung Baru.

Air terjun yang telah dibuka sejak era Belanda ini, kini menjadi salah satu objek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah. Wisatawan asing yang berkunjung ke Tanggamus pun menyempatkan diri berkunjung ke sini. Selain letaknya yang strategis, tempatnya juga nyaman dan asri. Rusli Namhuri, kordinator sekaligus pengelola objek wisata Way Lalaan mengatakan bahwa banyak pengunjung yang datang, terutama saat akhir pekan. Pengunjung bisa mencapai 500-an orang yang berkunjung kesini. “Beberapa waktu yang lalu ada 8 turis dari India,” kata dia. 


Selfie di depan Air Terjun Way Lalaan


Memasuki kawasan air terjun yang ditemukan pada tahun 1930-an ini, Anda akan langsung disambut dengan suara siamang yang banyak berkeliaran di sekitar areal hutan. Suara-suara siamang yang salig bersahutan seolah membawa kita ke hutan belantara. Padahal letak objek wisata ini di daerah yang cukup ramai penduduk. Walaupun ramai penduduk namun di sini masih banyak matang kukusan. Bahkan, matang kukusan mengelilingi areal air terjun Way Lalaan. Matang kukusan merupakan sebutan penduduk setempat untuk daerah lereng hutan dengan aneka jenis pohon yang sangat lebat dimana banyak siamang ditemukan.



 Pemandangan di sekitar Air Terjun sebelum menuruni anak tangga



 Pohon Cinta


Air terjun Way Lalaan kini dikelola oleh Dinas Pariwisata Tanggamus. Maka tak heran jika banyak fasilitas yang disediakan di sini. Selain berrenang pengunjung juga bisa menyusuri kawasan hutan durian. Bahkan, saat musim durian tiba, pengunjung bebas makan durian yang tersedia di pohon. Ada tim yang khusus akan memetik durian, namun, bagi pengunjung yang ingin mengambil sendiri juga diperbolehkan. Kamar mandi, mushola dan area parkir yang luas juga tersedia disini. Banyak penjual aneka makanan yang berjualan di sini. Jadi, buat Anda yang tak sempat membawa bekal dari rumah, tak perlu khawatir. Bagi pengunjung dari luar kota, Anda juga homestay yang bisa disewa. “Ada homestay yang bisa disewa dengan harga murah dan lokasinya dekat sini,” kata Rusli menambahkan.



Fasilitas yang bisa digunakan didekat Air Terjun Way Lalaan



 Parkir yang luas untuk memanjakan para pengunjung


Pengurus harian objek wisata Air terjun Way Lalaan, Rozak, mengatakan, saat akhir pekan bahkan ada guide-nya yang siap memandu para wisatawan. Ada beberapa wisata yang bisa dikunjungi. Diantaranya, Air terjun Way Lalaan II yang lokasinya masuk ke matang kukusan. Konon, air terjun disana lebih tinggi dan alami. Belum banyak sentuhan tangan manusia disana. Selain itu, pemandu juga akan membawa Anda menuju bendungan yang merupakan pusatnya air terjun Way Lalaan. Air dari bendungan inilah yang nantinya akan dibagi dua. Sebagian akan digunakan untuk irigasi persawahan dan sebagian yang lain akan mengalir ke air terjun Way Lalaan. 




 Segarnya Air Terjun Way Lalaan



Air terjun yang memiliki ketinggian sekitar 8 meter ini berasal dari beberapa sungai (sumber mata air) yang ada di daerah hulu. Diantaranya Way Tulung goreng, Way Tulung Gedung, Way Batu Kebulung dan Way Bidadari. Kumpulan air dari berbagai sungai inilah yang kemudian menuju bendungan.

Anda harus melewati 130 anak tangga untuk bisa sampai di areal air terjun. Selain ada gubug-gubug yang bisa dipakai secara cuma-cuma, Anda juga bisa membawa tikar (alas) sendiri dari rumah. Pohon-pohon besar siap menjadi peneduh Anda kala melepas lelah. Walaupun harus melewati 130 anak tangga tapi pemandangan yang disuguhkan di sini begitu memikat mata. Arela persawahan betingkat berada di sisi kanan areal air terjun ini. Sementara aneka pohon besar nan rindang siap menjadi payung Anda selama menuruni anak tangga. Jalanan mudah dilalui, karena sudah dipondasi dengan begitu kuat. Selain itu, di sisi kirinya ada tiang penyangga yang digunakan untuk pegangan. 



Foto diambil dari bawah ke atas




Foto diambil dari atas sebelum menuruni anak tangga


Batu-batu besar akan banyak Anda jumpai di sini. Selain itu, air terjun yang mengalir di kolam besar menuju sungai kecil bisa digunakan untuk renang. Banyak pengunjung yang memadati sungai kecil ini, karena selain airnya begitu bersih juga menyegarkan. Air sungai ini akan menuju ke Air terjun Way Lalaan II.  


Mitos di Seputar Air Terjun Way Lalaan


Pohon Cinta 


Orang-orang lebih mengenalnya dengan sebutan Pohon Cinta. Masyarakat sekitar mengenalnya dengan sebutan Pohon Kerincing. Konon jika ada sepasang kekasih yang mengucap sehidup semati maka mereka akan langgeng hingga mau memisahkan mereka. Ini hanyalah mitos semata yang berkembang di masyarakat. Entah benar atau tidak, namun cukup banyak pengunjung yang duduk di pohon ini saat akhir pekan. Bagi umat Muslim jika kita percaya hal seperti ini bisa menimbulkan kesyirikan. Syirik merupakan dosa terbesar yang tidak diampuni. Sikap kita sebaiknya biasa aja dan tidak mempercayai hal-hal seperti ini. Wallohu A'lam


 
Pohon Cinta , katanya, hehehehe



Air Mata Bidadari

Konon air yang keluar dari celah-celah dinding bebatuan di Air Terjun Way Lalaan ini adalah air mata bidadari. Konon, jika kita mandi maupun membasuh muka air ini maka akan tambah ganteng bagi pria serta tambah cantik bagi wanita dan bisa awet muda. Lagi-lagi ini hanyalah mitos semata. Banyak cerita ini yang berkembang di sekitar kawasan ini. Terlepas dari benar atau tidaknya. Bagi umat Muslim jika kita percaya hal seperti ini bisa menimbulkan kesyirikan. Syirik merupakan dosa terbesar yang tidak diampuni. Sikap kita sebaiknya biasa aja dan tidak mempercayai hal-hal seperti ini. Wallohu A'lam


Air Mata Bidadari keluar dari celah-celah dinding 



Batu Bertapa 

Konon pada zaman dahulu batu ini digunakan untuk bertapa. Sepintas batu ini menyerupai tempat duduk untuk bertapa. Batu ini terletak tak jauh dari Air Terjun Way Lalaan. Biasanya batu ini digunakan untuk duduk oleh wisatawan yang datang berkunjung.


Batu Bertapa berbentu seperti kursi untuk duduk































Pages