Jumat, 19 September 2014

Laguna Kiluan, Kolam Renang alami diantara Lautan Lepas




Berjalan-jalan menyusuri kawasan Teluk Kiluan kurang lengkap rasanya jika tidak menginjakkan kaki di Laguna Kiluan. Panorama lautan lepas dengan batuan-batuan karang berbagai ukuran siap memanjakan Anda. Objek wisata yang baru dikenalkan sekitar tahun 2012 ini, kini mulai banyak didatangi oleh para wisatawan yang tengah berlibur di sekitar Teluk Kiluan. 


Objek Wisata Laguna terletak di Dusun Bandung Jaya Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus. Rute perjalanan dimulai dari Bandar Lampung dengan waktu tempuh sekitar 3-4 jam perjalanan. Jalanan yang cukup parah dengan lubang dan bebatuan disana-sini membuat pengendara sedikit kurang nyaman. Namun, semua lelah akan terbayarkan sesampainya di Laguna kelak. Sesampainya di pintu masuk Teluk Kiluan lebih tepatnya di dusun Sukamahi kita ikuti alur perjalanan beruapa jalanan yang telah dicor. Guna memudahkan perjalanan kita langsung menuju dusun Bandung Jaya.


 
Beberapa penginapan menyambut kedatangan para wisatawan yang berlibur di sini. Anda juga tak perlu khawatir, di sini banyak penjual makanan walau harganya agak sedikit mahal. Tips yang mungkin bisa Anda gunakan yakni bawa perbekalan air minum maupun makanan jika sewaktu-waktu lapar kita tinggal menyantapnya. 






Sesampainya di Dusun Bandung Jaya baiknya kita mencari guide sebagai penunjuk jalan menuju Laguna. Pasalnya letak dari laguna ini tersembunyi dan terletak paling ujung di sebuah pantai yang oleh warga sekitar juga disebut Pantai Laguna. Namun, jika Anda pernah datang ke sini, tak perlu lagi menggunakan guide. Biaya yang kita keluarkan untuk guide kita pada umumnya Rp 50ribu. Guide kita selain akan menunjukkan jalan tempat laguna berada juga biasanya dia akan membawakan barang bawaan kita. Ini mungkin salah satu keuntungan menggunakan guide. Jarak antara Dusun Bandung Jaya sekitar 1 km dengan lama perjalanan 25 -40 menit. Medan ini kini hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki dengan areal naik dan turun bukit. Sesekali Anda bisa berhenti untuk mengusir lelah maupun istirahat sejenak. Rimbunan pohon pisang dan kakao akan senatiasa menemani perjalanan Anda. 


Pemandangan pantai dengan ombak yang cukup besar akan menyambut perjalanan kita sesampainya di turunan terakhir dalam rute perjalanan ini. Inilah pantai yang oleh warga sekitar juga dikenal dengan Pantai Laguna. Pantai yang terletak di Teluk Kiluan ini sangat besar ombaknya. Pasir putih nan lembut menjadi bagian tak terpisahkan dari pantai molek ini.







Beberapa batuan besar juga tampak tersembul diantara deburan ombak dilautan lepas. Ini menjadi objek favorit buat para pengunjung untuk berfoto sebelum sampai ke Laguna. Pantai sepanjang 4 km ini terbentang luas, Anda harus berhati-hati jika ingin berenang di sini. Ombak yang terlalu besar kurang aman untuk berenang. Cukup di pinggir saja sembari menikmati lembutnya pasir Pantai Laguna. Pantai yang tereletak di Dusun Bandung Jaya ini sangat bersih dan masih alami. Hanya pengunjung yang akan menuju Laguna yang akan mampir ke sini. Pasalnya antara Laguna dan Pantai Laguna menjadi satu bagian tak terpisahkan. Hampir dipastikan semua pengunjung yang akan menuju Laguna pasti melewati pantai yang satu ini.


Selepas melepas penat di Pantai Laguna kita langsung menuju destinasi utama yakni Laguna. Batuan terjal tinggi menjulang siap kita lalui. Deburan ombak yang sangat besar setia menemani perjalanan. Kita harus menempuh perjalanan sekitar 5-10 menit perjalanan dengan menaiki satu batu-batuan besar di pinggir pantai. Sesekali kita akan melewati jembatan kayu yang dibuat oleh warga setempat. Jembatan kayu ini sangat bermanfaat untuk para pengunjung karena mengaitkan batu yang satu dengan lainnya. 





Perjalanan yang cukup melelahkan itu akan terbayar saat kita sampai di Laguna. Sebuah kolam renang alami yang terletak diantara lain lepas di sisi kirinya, sementara batuan terjal di sisi kanannya. Banyak pohon-pohon besar yang tumbuh di bukit ini. Terkadang kita juga bisa menjumpai kera ekor panjang yang berkeliaran di sini. Sementara suara siamang senantiasa terdengar sejak perjalanan di mulai hingga kini. Ini benar-benar wisata alam, tanap penjual tanpa kebisingan yang ada hanya deburan ombak, batuan karang dan laguna yang siap Anda selusuri.


Inilah saat yang ditunggu-tunggu oleh para wisatawan, berrenang di kolam dengan kedalaman maksimal 2,5 meter dengan deburan ombak yang terhalang batuan karang. Sementara kita bisa dengan santainya berenang di kolam renang alami ini dengan paduan warga hijau toska dan biru tua. Setidaknya ada tiga laguna yang bisa kita gunakan untuk berrenang atau menyelam. Satu laguna dengan ukuran besar sementara dua yang lainnya dengan ukuran sedang. Para pengunjung paling ramai berenang di kolam renang dengan ukuran besar yang memiliki kedalaman 1-2,5 meter. Sensasi yang benar-benar luar biasa, berenang di kolam renang alami dengan ditemani deburan ombak yang maha dahsyat. Sementara batuan besar tampak berdiri kokoh diantara lautan lepas. Benar-benar pemandangan yang luar biasa. Dan, semua itu hanya ada di Lampung. Selamat Berlibur di Laguna.




 

Teluk Kiluan, Another Hidden Paradise of Lampung






Teluk Kiluan menjadi salah satu destinasi utama di Lampung saat ini. Kemolekan teluk berbentuk seperti ibu jari yang  menengadah ini membuat ribuan turis berdatangan untuk sekedar “singgah”. Menikmati panorama pantai dengan pasir putih yang begitu lembut dan tentunya mengintip atraksi lumba-lumba yang setiap pagi berseliweran di lautan lepas. 

Saya melakukan perjalanan bersama rekan kerja dari Lampung Post Jimmi, Reno, Martha juga ada Vina dari LPM Teknokra dan teman asal Jogjakarta Arno dan Ari Damayanthi. Perjalanan kami awali dari Rajabasa, Bandar Lampung menuju Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus pada 9-10 September 2014. Waktu tempuhnya sekitar 3 jam perjalanan dengan medan yang lumayan rusak parah. Jalanan yang kami lalui cukup parah kerusakaannya. Mobil MPV Mitsubishi melaju dengan kecepatan sedang mengingat kondisi jalan yang berbatu dan berlubang. Saat kondisi hujan tentunya saat yang paling merepotkan, apalagi jarang dijumpai bengkel sepanjang perjalanan. Pepohonan hijau dan rumah panggung suku Lampung menjadi pemandangan yang kita jumpai selama perjalanan. Jarak tempuhnya dari Bandar Lampung sekitar 80 km. Setelah 3-4  jam perjalanan darat akhirnya mobil kami sampai di pintu masuk Teluk Kiluan tepatnya berada di dusun Sukamahi. 


Objek Wisata Teluk Kiluan merupakan objek wisata yang tengah digandrungi para wisatawan saat berkunjung ke Lampung. Lumba-lumba menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para pelancong. Teluk Kiluan terletak di Pekon Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan Kabupaten Tanggamus. Pekon Kiluan Negeri terdiri dari 7 dusun yaitu Sinar Agung (Kiluan Balak), Bandung Jaya, Sinar Maju, Sukamahi, Teluk Brak, Teluk Baru dan Raung. Berbagai suku bangsa tampak membaur di sini mulai dari Suku Jawa, Bugis, Lampung, Bali dan Sunda. Masing-masing dusun selain dihuni oleh mayoritas suku tertentu juga memiliki objek wisata tersendiri. Kepala desa saat ini yaitu Kadek Sukresne (0821 8036 3357). 

Ada beberapa pintu untuk sampai di Teluk Kiluan utamanya untuk jalur laut bisa ditempuh melalui Dermaga Canti, Kalianda hingga menuju ke Teluk Kiluan dengan waktu tempuh sekitar 5 jam perjalanan laut. Sementara itu, jika lewat Dermaga Ketapang, Pesawaran membutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan bisa juga ditempuh lewat Dermaga TPI Lempasing, Teluk Betung, Bandar Lampung dengan waktu tempuh 4 jam. Namun, rute yang paling sering dilalui oleh para wisatawan melalui jalur darat dari Bandar Lampung langsung menuju Pekon Kiluan Negeri. 

Pantai Teluk Kiluan

Beberapa objek wisata yang bisa kita nikmati di Teluk Kiluan yakni Pantai Kiluan, Pulau Kelapa (Pulau Kiluan), Laguna, Dolphin tour maupun Batu Candi. Semua satu paket wisata itu bisa kita dapatkan biasanya ada bonus renang, snorkeling maupun diving, hehehehe. Topografinya yang berbukit dan lembah membuat para wisatawan yang gemar berpetualang dipastikan menikmati perjalanannya. 

Objek wisata yang kami kunjungi untuk untuk pertama kalinya yaitu Pantai Kiluan yang terletak di dusun Sinar Agung (Kiluan Balak) Pekon Kiluan Negeri. Hamparan lautan terpampang di depan mata. Pasir yang kasar tampak jelas terlihat di pantai yang memiliki panjang sekitar 10 km. Jika Anda ingin renang ini merupakan salah satu tempat yang nyaman untuk renang. Namun, jika Anda ingin menikmati sore dengan memancing itu bisa menjadi salah satu pilihan yang  Anda lakukan.  



Spot memancing di Teluk Kiluan menjadi bagian yang tak terpisahkan. Maka tak heran jika setiap tahun biasanya ada kompetisi memancing yang diikuti oleh para pemancing dari berbagai daerah di Indonesia. Saat sore hari biasanya banyak juga nelayan yang memancing menggunakan perahu kecil di kawasan ini. Blue marlin juga menjadi salah satu ikan yang banyak diburu oleh nelayan. Walaupun resikonya berat untuk mendapatkannya, namun hargany sesuai dengan perjuangan yang dilakukan. Ikan lainnya yang banyak diburu yakni tongkol, tuna, abu-abu (anakan tuna) dan lainnya. 

Selain itu Anda juga bisa menyusuri pantai dan ada kawasan yang biasa dikenal warga setempat batu candi. Dikenal demikian karena di bagian ujung Pantai Teluk Kiluan ada batuan yang bentuknya menyerupai candi-candi mini.

Pulau Kelapa = Pulau Kiluan



Setibanya di Pulau Kiluan saya langsung menuju penginapan sederhana yang dihuni oleh dua orang sepuh. Kebetulan ada Khairul Anwar ( 0813 7769 5200) yang juga anak dari kedua sepuh yang tinggal di pulau ini tengah berkunjung. Kisah menarik seputar sejarah pulau ini juga meluncur dari bibirnya. Menurutnya, sejarah panjang tentang nama Kiluan menjadi bagian yang tak bisa dilepaskan dengan keberadaan sosok bernama Raden Mas Karya  Anta Wijaya yang berasal dari Banten. Konon, pangeran sakti itu jika mati kelak meminta kepada warga setempat untuk dimakamkan di pulau mungil itu. Benar saja, saat pangeran sakti itu meninggal dunia warga setempat memakamkannya diatas bukit di Pulau Kiluan. Hingga kini kita bisa menjumpai makam Raden Mas Karya  Anta Wijaya diatas bukit. Kata Kiluan dalam bahasa Lampung berarti permintaan. Maka sejak saat itu, pulau cantik itu dikenal dengan nama Pulau Kiluan. Saya beserta teman seperjalanan juga sempat mengunjungi makam diatas bukit yang konon makam Raden Anta Wijaya. Kita membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai diatas bukit.

 Pada tahun 80-an Pulau Kelapa atau yang lebih tenar dikenal dengan sebutan Pulau Kiluan dipenuhi dengan pohon kelapa. Naumn, kini, pohon kelapa itu tidak lagi mendominasi, namun jumlahnya masih tergolong lumayan banyak. Pulau seluas sekitar 5 hektar itu ditumbuhi aneka tanaman seperti kelapa, belimbing, tangkil, ketapang dan lainnya. Sejak tahun 2007 wisatawan mulai berdatangan ke kawasan teluk ini. Sejak saat itulah kawasan Teluk Kiluan mulai ramai dikunjungi dan menjadi incaran wisatawan.

Kini Pulau Kiluan dihuni oleh 2 orang sebagai penjaga pulau yakni Dul Hafidz dan Marhana. Mereka berdua telah menghuni pulau ini sejak tahun 1995. Kala itu, Gunawan, pengusaha asal Jakarta yang juga sekaligus pemilik  Pulau Kiluan mempercayakan kepada kedua sepuh itu untuk mengelolanya. Namun, kondisi Dul Hafidz yang sudah terlalu renta membuat kakek dengan banyak cucu itu menyerahkan kepada anaknya, Dirhamsyah yang tinggal di Gedung Tataan, Pesawaran. Sebelum dijual kepada Gunawan, Pulau ini dimiliki oleh Jhon Jambi salah seorang jenedral kala itu. Kemudian dijual seharga Rp 60juta kepada Gunawan kala itu.


Jika Anda menyebrang dari Teluk Kiluan maka Anda cukup membayar Rp 15ribu dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Memang tidak terlalu banyak fasilitas yang disediakan di sini. Namun ada penginapan yang bisa disewa per kamar Rp 200ribu/per malam. Fasilitas yang disediakan yakni kasur, bantal, kipas angin, kamar mandi serta listrik. Setidaknya ada 9 kamar yang disewakan untuk para pengunjung. Berbagai kegiatan laut seperti renang dan snorkeling bisa Anda lakukan di sini. Anda juga bisa menyewa alat snorkelling dengan biaya per paket Rp 25ribu terdiri dari kacamata dan alat napas. Sementara itu, biaya sewa  lives jacket Rp 15ribu dan Kaki katak Rp 10ribu. 



Pantai pasir Pulau Kiluan begitu lembut. Membuat siapa saja yang renang di sini betah berlama-lama sembari berjemur atau sekedar melihat-lihat pemandangan yang benar-benar memukau. Pasirnya benar-benar lembut, bersih dan putih. Paduan hijau toska dan biru pada perairan Pulau Kiluan semakin sedap di pandang mata. Jika Anda hobi snorkelling, maka sisi utara cocok untuk dijadikan spot menyelami keindahan bawah laut Pulau Kiluan. Cukup menyelam di kedalaman 1-5 meter Anda langsung disuguhi pemandangan yang memukau. Sementara pada bagian sisi barat pulau, batuan tampak memenuhi bibir pantai. 


Dolphin Tour


 



Salah satu tujuan utama wisatawan menuju ke Teluk Kiluan karena adanya lumba-lumba yang menghuni kawasan ini. Maka tak mengherankan jika wisatawan dari berbagai daerah biasanya datang ke sini untuk melihat komunitas lumba-lumba yang konon kawasan lumba-lumba terbesar di Asia ini. Ada beberapa rute yang bisa ditempuh melalui dusun Sinar agung atau Bandung jaya menuju samudera lepas untuk melihat lumba-lumba. Harga sewa per kapal Rp 300ribu. Biasanya kiata berangkat selepas salat subuh atau jika agak kesiangan sedikit jam 06.00, perahu akan mengantarkan kita untuk melihat lumba-lumba. 







Awalnya saya cukup takut menggunakan perahu kecil untuk lima orang termasuk dengan nahkodanya. Saya , Vina Teknokra, Ari Damayanti, Arno menjadi satu rombongan ditambah nahkoda. Kami sempat takut diawal, apalagi cuaca pagi itu kurang mendukung ditambah ombak yang begitu besar semakin menambah rasa cemas kami. Namun. Seiring dengan berjalannya waktu akhirnya saya bisa menemukan rasa nyaman itu. Ombak semakin membesar, kulihat perahu-perahu yang lainnya seperti timbul tenggelam diantara gelombang di lautan lepas. Lumba-lumba mulai tampak setelah 30 menit perahu kami mengarungi samudera. Lumba-lumba itu meloncat kesana kemari dengan riangnya. Saya berdecak kagum dibuatnya. Sayang saya tidak bisa mengabadikan melalui lenas kamera karena gelombang yang terlalu besar.

Kamis, 18 September 2014

Pesona Gunung Anak Krakatau (GAK)




Puncak 1 Gunung Anak Krakatau (GAK)



Apa yang Anda pikirkan jika mendengar kata Lampung ? Mungkin Anda langsung tergambar tentang rombongan Gajah-gajah liar di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) atau Wisata Lumba-lumba di Teluk Kiluan ? Tak ada salahnya memang, namun, Lampung tidak hanya memiliki TNWK atau Teluk Kiluan saja. Cagar Alam Gunung Anak Krakatau (GAK) juga layak untuk Anda sambangi jika berkunjung ke Lampung. Cagar alam yang satu ini menyimpan pesona yang luar biasa dan tak ada duanya. Sejarah panjang akan Gunung Krakatau purba menjadi bagian tak terpisahkan yang senantiasa membayangi. Namun, walaupun begitu keeksotisan Gunung Anak Krakatau (GAK) menjadi sorotan dunia.



Saya beserta 250 rombongan yang berangkat secara cuma-cuma saat Festival Krakatau 2014 menyaksikan dengan mata telanjang keindahan alam bumi Lampung yang satu ini. Setiap pengunjung pasti akan berdecak kagum, mentafakuri setiap jejak yang terselip pada pemandangan di sekitar cagar alam ini. Perjalanan kami berawal dari Lapangan Korpri, Kantor Gubernuran, Teluk Betung, Bandar Lampung. Para peserta yang berasal dari berbagai daerah di Lampung berkumpul sejak pukul 06.00 WIB. Perjalanan dari Bandar Lampung menuju Dermaga Bom, Kalianda ditempuh sekitar 2 jam perjalanan. Biasanya wisatawan yang akan menyebrang menuju Cagar Alam Gunung Anak Krakatau melalui Dermaga Canti, Kalianda. Namun, karena ini dalam hajatan besar tentunya perahu-perahu yang biasanya membawa wisatawan terlalu kecil dan tidak menucukupi. Maka tak heran jika penyebrangan dialihkan melalui Dermaga Bom, Kalianda yang memang banyak perahu besar yang bersandar di sini. Jarak Dermaga Bom menuju Dermaga Canti sekitar 15 menit menggunakan kendaraan bermotor. 


Peserta antri kapal di Dermaga Bom
Rute penyebrangan dari Dermaga Canti menuju Pulau Sebesi biasanya ada setiap hari dengan biaya Rp 25ribu sekali jalan dengan waktu tempuh sekitar 1 jam – 1,5 jam. Barulah perjalanan bisa dilanjutkan menuju Cagar Alam Gunung Anak Krakatau (GAK) juga ditempuh sekitar 1,5 jam perjalanan. Selain itu, ada juga wisatawan yang menempuh jalur Bakauheni – Gunung Anak Krakatau dengan waktu tempuh 3 jam perjalanan. Namun, jika Anda lewat Dermaga Bom kapal akan langsung menuju Gunung Anak Krakatau dengan waktu tempuh sekitar 3 jam biaya yang dikeluarkan Rp 5juta untuk carteran 50 orang dewasa. 



Dermaga Bom, Kalianda, Lampung Selatan


Kapal yang digunakan untuk mengantarakan para wisatawan di Dermaga Bom sangat khas dengan bentuk layar meruncing ke sebelah kanan maupun kiri. Masyarakat setempat menyebutnya dengan Bagan Congkel. Bagan congkel terbuat dari kayu manteru dengan harga per kapal mencapai Rp 400juta dan bisa bertahan hingga sekitar 30 tahun lamanya. 









 
Setelah melakukan 3 jam perjalanan akhirnya kami semua bisa melihat pesona Cagar Alam Gunung Anak Krakatau yang terpancar dengan gagahnya. Gunung tanpa vegetasi ini memakau para pengunjung. Namun di bawah puncak 1, kita akan banyak menjumpai pohon pinus dan juga pepohonan lainnya yang begitu rimbun. Pohonan itu tampak menghijau seperti pada lamun di bawah gunung. 






Pantai Abu Vulkanik GAK


Pantai abu vulkanik menyambut kedatangan kami. Satu per satu dari kami turun dari bagan congkel dan siap mendaki hingga puncak 1 cagar alam ini. Puncak 1 sebagai titik teraman untuk pendakian, para wisatawan dilarang mendaki melebihi puncak 1. Selepas menikmati pantai vulkanik, saya beserta teman seperjalanan pun langsung menadaki. Rifky, Reza dan Tyo menjadi teman seperjalanan yang menyenangkan. 





Reza dan Rombongan Festival Krakatau mulai mendaki




Kami harus mendaki puncak setinggi 900 meter dari permukaan air laut dengan waktu tempuh sekitar 30-35 menit. Sesampainya di puncak 1 para wisatawan biasanya berfoto dengan latar Gunung Anak Krakatau (GAK) yang masih saja mengeluarkan asap hingga kini. 







 
Pulau Panjang dilihat dari Puncak 1
Melalui puncak ini juga kita bisa melihat dengan jelas Pulau Rakata, Sertung dan Panjang.
Jika Anda ingin berkunjung ke cagar alam ini maka Anda harus mengantongi Surat Izin Memasuki Kawasan Konservasi (SIMAKSI). Simaksi bisa kita peroleh di BKSDA Lampung dengan menghubungi ibu Rika (0812 7941 9798). Simaksi untuk warga negara Indonesia dikenai biaya Rp 2juta untuk satu rombongan berapa pun jumlahnya. Sementara untuk warga negara asing dikenai biaya Rp 4jutaper rombongan. Mengunjungi Gunung Anak Krakatau merupakan suatu kebahagian tersendiri buat Anda karena bisa turut menyaksikan bekas letusan yang maha dahsyat kala itu. 


Sahabat Perjalnan : Reza, Rifky, dan Tyo

Selain mendaki dan menikmati pemandangan di sekitar puncak 1, Anda juga bisa menyusuri pantai abu vulkanik. Pantai dengan pasir berwarna hitam yang agak kasar karena mengalami pemanasan alami dengan suhu yang bisa mencapai ratusan derajat celcius. Jika dipikir pantai ini agak mirip dengan Pantai Parangtritis di Yogyakarta.  Renang maupun snorkeling di spot Legon cabe juga bisa Anda nikmati di sana. Konon, terumbu karang cantik siap menyambut kedatangan Anda. 




Sahabat Perjalanan, Ferry Chindy Feryandhi



Jika Anda akan mengunjungi kawasan cagar alam ini siapkan perbekalan yang cukup. Pasalnya di sini tidak ada penjual makanan seperti di tempat wisata lainnya. Anda bisa membawa perbekalan makanan dan minuman sejak di Kalianda maupun Pulau Sebesi tempat transit sebelumnya.  







Sekilas tentang Cagar Alam Gunung Anak Krakatau  


Cagar Alam Krakatau

Menurut guide kami, Ahyar, yang juga petugas BKSDA Lampung mengatakan bahwa Cagar Alam Gunung Anak Krakatau terdiri dari empat pulau utama yaitu Pulau Sertung, Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Gunung Krakatau purba (Krakatau induk). Ada beberapa papan informasi yang mengisahkan terbentuknya Gunung Anak Krakatau (GAK). Pembentukan Cagar Alam Gunung Anak Krakatau pada masa prasejahtera diawali dengan adanya sebuah gunung api besar yang disebut Krakatau Besar. Kala itu Krakatau Purba berbentuk kerucut. 

Pada ratusan ribu tahun yang lalu terjadi letusan dahsyat yang menghancurkan dan menenggelamkan lebih dari 2/3 bagian Krakatau. Akibat letusan tersebut menyisakan 3 pulau kecil yaitu Pulau Rakata, Panjang dan Sertung. Pertumbuhan lava yang terjadi di dalam kaldera Rakata membentuk dua pulau vulkanik baru yaitu Danan dan Perbuatan.
Pada Senin, 27 Agustus 1883 terjadi letusan besar dan menghancurkan sekitar 60% tubuh Krakatau Purba di bagian tengah sehingga terbentuk lubang kaldera dengan diamter sekitar 7 km dan menyisakan 3 pulau kecil yaitu Pulau Rakata, Panjang dan Sertung. Kegiatan vulkanik di bawah permukaan laut terus berlangsung dan periode 1927-1929 muncul sebuah dinding kawah ke permukaan laut sebagai hasil erupsi. Pertumbuhan ini terus berlangsung membentuk pulau yang dikenal dengan Anak Krakatau.

Proses re-kolonisasi pada flora dan fauna di Pulau Rakata, Panjang dan Sertung berjalan cukup lama, yakni pasca letusan 1883 hingga sekarang. Sedangkan, di Pulau Anak Krakatau yang muncul pada tahun 1927-1929, rekolonisasi baru berjalan sekitar 75 tahun silam. Daerah punggung gunung di Pulau Anak Krakatau umumnya masih gundul karena suhu yang tinggi dan daerah kurang air. Di sini kita hanya menjumpai tumbuh pioneer seperti gelagah (Saccharum spontaneum) yang bersimbiosis dengan Azospirillum lippoferrum. Pada bagian bawah yang telah ditumbuhi gelagah terjadi proses pelapukan pasir yang kemudian tumbuh tanaman perdu berbunga ungu yang biasa dikenal Melastoma Affine dan tumbuhan lainnya.

Saat ini keanekaragaman flora di Kepulauan Krakatau tercatat antara lain 206 fungi (jamur), 13 jenis Lichenes (lumut), 61 jenis paku-pakuan dan sekitar 257 jenis spermatophyta (tumbuhan berbiji). Sedangkan, faunanya terdiri dari mamalia seperti rattus (tikus) dan Megaderma (kalong). Kelompok aves ada sekitar 40 jenis dari yang berukuran besar sampai kecil. Kelompok reptilia selain biawak, penyu juga ada ular.
Cagar alam Gunung Anak Krakatau terletak diantara Pulau Sumatera dan Jawa, tepatnya di Selat Sunda. Maka tak mengherankan jika banyak wisatawan yang berkunjung ke sini melalui Banten walaupun secara administratif GAK masuk dalam Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Cagar Alam ini dianggap sebagai laboratorium alam raksasadengan total luas mencapai 13.735,10 hektar. Wilayah laut mencapai 11.200 hektar  dan luas daratannya mencapai 2.535,10 hektar.

Kepulauan sekitar Krakatau sempat dinyatakan pemerintah Hindia Belanda sebagai Cagar alam sejak 1919 dengan luas area 2.405,10 hektar. Kepulauan Krakatau kemudian dimasukkan ke Taman Nasional Ujung Kulon tahun 1984. Tahun 1990, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan memindahkan Cagar Alam Kepulauan Krakatau ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau Kantor Konservasi Sumber Daya Alam Lampung. Hal ini bertujuan untuk melindungi dan mempertahankan integritas kawasan ini sebagai sebuah kawasan konservasi yang penting bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan. Pada tahun 1991, UNESCO mengakui Cagar Alam Kepulauan Krakatau sebagai Warisan Alam Dunia.

Balai KSDA Lampung
Jl. Z. A. PagarAlam IB - Bandar Lampung
Telp/Fax. (0721) 703882


Tour Krakatau dalam rangkaian acara Festival Krakatau 2014 :

Sejarah GAK terpampang di kaki GAK


Menyebrang, menuju Dermaga Bom, Kalianda



























Pose di Kaki GAK


Bagan Congkel


Foto diatas gunung

Tekno Bolang, Travel Blogger yang inspiratif


Gardi di kaki GAK


Menuju Krakatau

Sekfi diatas Puncak 1
               
Papan Informasi








Pages