Jumat, 25 Desember 2015

Mereguk Indahnya Islam di Kampung Muslim Batikan


Kali ini saya berhasil menyesap kesegaran sinar islam di Kampung Muslim Dusun Batikan Desa Pabelan Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kehidupan muslim di sini sungguh mempesona. Masyarakat di kampung ini berusaha menerapkan ajaran islam sesuai yang dicontohkan Nabi Muhammad dan para Salafus Shalih. Menurut Ustadz Abu Zaid, humas dari kampung ini mengatakan generasi salafus shalih merupakan generasi yang terdiri dari para Sahabat nabi, tabiin dan tabiut tabiin serta merupakan sebaik-baik qurun (masa). 

Gadis-gadis mungil seusia anak-anak sekolah dasar tampak asyik bermain di sepanjang jalan di Kampung Batikan. Sorot matanya begitu tajam dibalik cadar hitam yang menyelimuti tubuh kecil mereka. Beberapa diantara mereka ada juga yang hanya mengenakan jilbab lebar. Mereka bermain riang gembira, saling kejar kesana kemari, seperti kupu-kupu yang mencari nektar di taman bunga.
Jarang terlihat wanita dewasa keluar rumah jika tidak ada keperluan yang sangat penting. Jika mereka terpaksa harus keluar rumah, biasanya mereka mengenakan cadar yang dilapisi dengan kain penutup mata transparan. Sehingga seluruh wajahnya tak tampak. Inilah yang dinamakan Burqa. Para ibu biasanya mengurus rumah, mempersiapkan hidangan untuk suami-suami tercinta. Menyambut dengan senyum merekah saat suami tiba di istana mereka. Mendidik anak dengan bekal agama tanpa melupakan dunia menjadi acuannya. Subhanalloh.

Saat waktu salat tiba, para pria dan anak-anak berhamburan keluar, muncul dari gang-gang di dusun yang terletak tak jauh dari Kota Muntilan itu. Ada yang bersepada, ada juga yang berkendara roda dua maupun berjalan kaki. Mereka banyak yang mengenakan gamis lengkap dengan celana diatas mata kakinya. Masjid penuh sesak dengan jamaah pria dan anak-anak. Masya Alloh.
Anak-anak semuanya bersekolah di kampung ini. Ada beberapa kelas yang dipelajari mulai dari pelajaran umum hingga hafala Alquran. Saat senja tiba biasanya anak-anak bermain bola di lapangan di tengah kampung mereka. Mereka semuanya juga tidak isbal (melabuhkan celana/kain dibawah mata kaki mereka). Oya, jika Anda berkunjung ke sini, dilarang berfoto. Mereka menerapkan aturan kehati-hatian. Foto hanya diperbolehkan untuk hal-hal penting saja misal pembuatan KTP, KK, Paspor maupun kepentingan urgent lainnya.

Salam ditebar di sepanjang jalan, kenal tidak kenal semuanya saling mengucapkan salam sebagai tanda saling mendoakan. Budaya menebarkan salam menjadi bagian penting bagi kampung yang didirikan pada tahun 1994 oleh Khalid Ahmad ini. Maka tak heran jika kampung yang memiliki lebih dari 100 KK ini layak menjadi kampung percontohan dalam menerapkan syariat islam.

0 komentar:

Posting Komentar

Pages