Landmark Kota, Masjid Apung Kota Ternate, Masjid Al-Munawar
Pada
12 September 2012 lalu saya berkesempatan mengunjungi kota Ternate. Kebetulan
kapal yang mengantarkan kami, para peserta Sail Morotai 2012 singgah di Kota
Ternate sebelum berlayar menuju Pulau Morotai. Banyak sekali tempat wisata
menarik yang bisa kita kunjungi di sekitar kota Ternate. Sesampainya di
Pelabuhan Ahmad Yani Kota Ternate kami disambut dengan tari Soya-soya yang
merupakan tarian khas kesultanan Ternate yang biasa digunakan untuk menyambut
tamu.
Penari Soya-Soya
Kami langsung menuju Floridas. Restauran yang menyediakan menu khas Maluku Utara. Mulai dari sagu, papeda, kuah kuning serta berragam menu spesial lainnya. "Ups,,, ada Pulau Maitara. Itu, tuh, pulau yang ada di gambar uang seribu rupiah. Pulau Maitara tampak jelas sekali dari Floridas.
Pulau Maitara "ingat uang seribu"
Gunung Gamalama tampak menjadi backgroud
kota Ternate. Kota Ternate berada di kaki Gunung Gamalama yang masih aktif
hingga sekarang. Hawa udara di kota Ternate lebih sejuk dibandingkan dengan
kota lainnya yang telah kami singgahi seperti Ambon dan Sorong. Dari pelabuhan
Ahmad Yani kami menuju kelurahan Tabam dengan waktu tempuh kurang lebih satu
jam menggunakan bus. Disanalah kami, para peserta Sail Morotai menginap dan
memiliki keluarga angkat.
Saya
singgah di Kota Ternate selama tiga hari. Untuk mencapai Kota Ternate dari
Jakarta Anda bisa menempuh jalur laut lewat Pelabuhan Tanjung Priok dengan
biaya sekitar 500.000 dengan rute Jakarta – Surabaya – Makasar – Ternate.
Sedangkan untuk jalur udara Anda bisa menggunakan pesawat yang langsung menuju
Jakarta – Ternate dengan biaya 1.200.000 sekali jalan. Namun, ada beberapa
pesawat juga yang melayani rute perjalanan ke Ternate dengan transit di Makasar
atau Manado terlebih dahulu. Selama di kota ini saya baronda ke beberapa tempat menarik. Baronda dalam bahasa setempat
berarti jalan-jalan. Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Keraton dan
Museum Kesultanan Ternate ( Kedaton ).
Bangunan khas Maluku Utara ini didominasi warna hijau dan krem. Bangunan
berlantai dua nan kokoh ini didirikan pada tanggal 24 November 1813 oleh Sultan
Ternate ke-40, Muhammad Ali. Keraton Kesultanan Ternate ini terletak di bukit
Limau Santosa dengan luas areal 44,560 m2. Objek wisata ini terletak di
kelurahan Soa-sio kecamatan Kota Ternate Utara. Arsitektur bangunan ini
berbentuk seekor singa yang sedang duduk dengan dua kaki di depan menopang
kepalanya.
Istana Kesultanan Ternate ( Kedaton )
Ada
tiga tiang bendera yang terletak di depan kedaton ini, dua diantaranya yakni
tiang bendera Kesultanan Ternate dan tiang bendera Merah Putih. Saya pun
mengelilingi gedung indah nan megah ini. Bahkan saya berkesempatan bertemu dan
mengobrol dengan sekretaris Kesultanan Ternate. Ada dua tangga yang terletak di
bangunan ini. Saat ini, ruang tengahnya difungsikan sebagai museum dengan
koleksi benda-benda budaya dan peninggalan sejarah Kesultanan Ternate di masa
lalu, diantaranya Al-qur’an tulis tangan, Kelapa kembar (upeti dari raja
Sangir), peralatan perang, perkakas-perkakas, baju Sultan, Singgasana dan
koleksi-koleksi lainnya.
Koleksi museum Kesultanan Ternate - Maluku Utara
Ada koleksi yang paling unik di Museum ini, tetapi tidak
sembarang orang bisa masuk untuk melihatnya. Mahkota Sultan Ternate (stampa),
itulah benda yang saya maksud. Mahkota Sultan Ternate (Stampa) merupakan
mahkota berrambut yang dihiasi dengan 100 buah batu-batuan permata seperti
mutiara, Berlian, Safir, Akik, Jamrud Mira’a, Emas, Perak, Perunggu, dan
lain-lain. Konon katanya, rambut yang ada pada mahkota ini senantiasa tumbuh
dan dipotong pada saat Hari Raya Idul Adha. Saya sendiri hanya bisa melihat
ruangan tempat mahkota itu disimpan.
Puas
mengelilingi Keraton dan Museum Kesultanan Ternate ( Kedaton ) ini saya langsung mengunjungi Masjid Sultan Ternate.
Biasanya warga disini menyembutnya Sigi Lamo. Sigi berarti masjid dan lamo
berarti besar. Saya cukup berjalan kaki saja untuk mencapai masjid ini dari
Kedaton. Saya membutuhkan waktu sekitar lima menit saja. Sesampainya di sana
saya langsung disambut gapura dengan ornamen khas Ternate yang memiliki tangga
disamping kirinya.
Gapura Masjid Sultan Ternate ( Sigi Lamo ) yang
berdiri kokoh di depan masjid.
Masjid
Sultan Ternate mulai dibangun pada tahun 1606 saat berkuasa Sultan Ternate
ke-28, Saidi Barakati. Setelah tiga periode kepemimpinan, pada masa
pemerintahan Sultan Hamzah barulah masjid ini selesai dibangun tepatnya pada
tahun 1648. Bahan bangunan masjid ini terdiri atas batu dengan perekatnya
menggunakan campuran kulit kayu pohon kalumpang, dengan bangunan bentuk segi
empat, dimana atapnya mengadopsi bentuk tumpang limas dan tiap tumpang dipenuhi
terali berukir 360 buah sesuai dengan jumlah hari dalam satu tahun.
Setiap
jamaah yang hendak sholat di masjid Sultan Ternate ini wajib mengenakan kopiah.
Bagi Anda yang hendak berkunjung ke Masjid Sultan Ternate tetapi Anda tidak
membawa kopiah, Anda jangan khawatir karena marbot (penjaga masjid) telah
menyediakan kopiah yang tersusun rapih di dekat pintu masuk masjid. Masjid
Sultan Ternate memiliki dua mushola kecil di dua sisinya yang biasa digunakan
untuk jamaah wanita maupun untuk mengaji anak-anak kecil di sekitar kota
Ternate.
Bangunan masjid ini pada bagian atapnya berlapis lima tingkat yang
menandakan rukun islam. Bagian dalam masjid masih sangat tradisional. Mihrab
yang memang khusus digunakan untuk sholat sultan berada di sebelah kanan tempat
imam. Bagian dalam atap masjid didominasi warna hijau yang memukau. Tiang-tiang
penyangga tampak kokoh berdiri. Memasuki Masjid Sultan ternate ini kita seakan
dibawa menuju masa keemasan Kesultanan Ternate, Kerajaan Islam yang sangat
mashur di Indonesia.
Masjid Kesultanan Ternate atau yang lebih dikenal
dengan Sigi Lamo. Dalam bahasa setempat Sigi berarti masjid sedangkan Lamo
berarti Besar.
Sigi Lamo ( dari samping )
Mengunjungi
kawasan Pantai Jembatan Batu
Tak
jauh dari Kedaton Sultan Ternate kita bisa mengunjungi pantai Jembatan Batu.
Selepas mengunjungi Masjid Sultan Ternate saya juga menyempatkan diri untuk
berkunjung ke Pantai Jembatan Batu. Birunya air pantai langsung menyapa saat
saya memasuki kawasan pantai ini. Jarak dari Kedaton ke Pantai ini sekitar 500
meter. Saya cukup berjalan kaki ketika
mengunjungi pantai ini.
Sahabat Bengkulu, Handri berpose di Jembatan Batu tak jauh dari Keraton dan
Museum Kesultanan Ternate
Banyak
aktivitas yang bisa kita lakukan di pantai ini. Kita bisa memancing, snorkeling
maupun berenang. Kawasan Pantai ini disebut Pantai Jembatan Batu, walaupun
jembatan di pantai ini terbuat dari kayu.Pemandangan kota Ternate dibawah kaki
Gunung
Jembatan Batu, Kampung Bajo dan Gunung Gamalama
Kampung
air suku bajo dan Ternate berada di samping pantai ini.Rumah panggung dengan
arsitektur yang khas ini tampak berdiri kokoh dari kejaran ombak pantai
Jembatan Batu.Saat ombak surut kita akan dengan mudah menjumpai tiang-tiang
penyangga rumah suku Bajo ini.Namun, bila air sedang pasang jangan berharap.Rumah–rumah
papan yang tersusun rapih di pinggir pantai ini menambah keelokan kota Ternate.
Kampung Air
suku Bajo di dekat Jembatan Batu saat air laut surut.
Sayang
sekali untuk Anda yang berkesempatan mengunjungi Kota Ternate ini tetapi tidak
mengunjungi Jembatan Batu. Pantai Jembatan Batu ini memiliki air yang sangat
jernih. Bahkan saya bisa melihat ikan-ikan yang berrenang dengan mata
telanjang. Subhanalloh, luar biasa sekali ciptaan Allah SWT ini.
Puas
mengelilingi Pantai Jembatan batu ini saya langsung mencari angkot menuju
Objek Wisata Batu Angus. Angkot di kota
Ternate memutar musik dengan suara yang sangat keras. Bahkan, sampai terdengar
ke rumah-rumah warga. Menurut warga sekitar hal ini memang sudah menjadi hal
yang lumrah di Ternate. Cukup dengan membayar 3 ribu rupiah saja kita bisa
sampai di Wisata Batu Angus.
Batu
Angus merupakan hamparan lahan yang dipenuhi bebatuan berwarna hitam. Bebatuan
ini berasal dari lahar panas Gunung Gamalama yang meletus pada tahun 1673.
Terletak di kaki Gunung Gamalama, perpaduan batu yang bagai stalaktit hitam
dengan hijaunya Gunung Gamalama dan birunya laut Ternate menjadi sebuah
pemandangan unik nan mempesona.
Satu hal yang sayang sekali Anda lewatkan saat
Anda Baronda ke Ternate. Batu Angus juga merupakan tugu peringatan dan makam
tentara Jepang yang gugur dalam pertempuran melawan sekutu pada Perang Dunia
II. Saya juga menyempatkan diri untuk memotret view yang menarik di sepanjang kawasan Batu Angus yang spektakuler
ini. Saya disuguhi dengan hamparan
bebatuan yang begitu luas dan banyak sekali di kawasan ini. Puas berfoto dan
mengelilingi Kawasan Wisata Batu Angus saya melanjutkan ke tempat wisata
berikutnya di seputar Kota Ternate.
Wisata Batu Angus dengan latar Gunung Gamalama
yang masih aktif hingga kini.
Tempat
wisata berikutnya yang saya kunjungi adalah Danau Tolire Besar. Saya memutuskan
naik sepeda motor bersama teman dari Ternate yang baru saya kenal, karena dari
kawasan Batu Angus biasanya tidak ada angkot yang menuju ke Objek Wisata Danau
Tolire Besar.
Berkunjung
ke Danau Tolire Besar
Sepanjang
perjalanan dari Batu Angus menuju Danau Tolire Besar kita akan disuguhi
hijaunya pemandangan di sepanjang jalan. Rumah-rumah berbaris rapih mengikuti
alur jalan. Akhirnya, sampailah juga saya di Danau Tolire Besar. Danau Tolire
Besar merupakan salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan saat
berkunjung ke Kota Ternate.
Kita akan melewati danau Tolire Kecil di pinggir
pantai sebelum kita sampai di danau Tolire Besar. Saya bersama teman-teman saya
yang asli Ternate pun singgah sebentar di Danau Tolire Kecil walau hanya sekedar berfoto dan menikmmati
pemandangan danau yang terletak bersebelahan dengan pantai Ternate.
Danau Tolire Kecil
Pantai Ternate yang terletak bersebelahan dengan
Danau Tolire Kecil.
Kita
membutuhkan waktu sekitar 45 menit menggunakan sepeda motor untuk bisa sampai di
danau Tolire Besar. Danau alam ini terletak di kecamatan Takome, sekitar 18 km
dari pusat kota Ternate. Airnya yang berwarna hijau dikelilingi oleh pepohonan
yang rindang di bawah kaki Gunung Gamalama tampak indah di pandang mata.
Ada
hal yang unik disini, saat kita melemparkan batu disini maka batu itu
seolah-olah hilang entah kemana. Saya pun penasaran dan melempar batu ke arah
danau, sepanjang penglihatan saya, batu itu hilang entah kemana. Saking
asyiknya saya pun mencoba berkali-kali.
Menurut Angga, teman saya yang asli
Ternate, Danau Tolire Besar memiliki daya grafitasi yang sangat kuat. Makanya
ketika kita melempar batu ke arah danau, seolah-olah batu itu menghilang
ditelan bumi. Danau ini semakin memperlihatkan keindahan alam Indonesia.
Danau Tolire Besar
Danau
Tolire ini merupakan ciptaan dari Tuhan yang Maha Kuasa yang patut kita
syukuri. Pengunjung bebas berfoto dan memasuki kawasan wisata ini tanpa
dipungut biaya. Saya sangat puas baronda ke Kota Ternate. Lega rasanya sudah
sampai di kota Ternate dan mengunjungi Danu Tolire Besar. Ayo Baronda ke
Jazirah Al Mulk Kie Raha, Ternate.