Kamis, 05 Desember 2013

Ayo Baronda ke Kota Seribu Benteng, Ternate


 Landmark Kota, Masjid Apung Kota Ternate, Masjid Al-Munawar



Pada 12 September 2012 lalu saya berkesempatan mengunjungi kota Ternate. Kebetulan kapal yang mengantarkan kami, para peserta Sail Morotai 2012 singgah di Kota Ternate sebelum berlayar menuju Pulau Morotai. Banyak sekali tempat wisata menarik yang bisa kita kunjungi di sekitar kota Ternate. Sesampainya di Pelabuhan Ahmad Yani Kota Ternate kami disambut dengan tari Soya-soya yang merupakan tarian khas kesultanan Ternate yang biasa digunakan untuk menyambut tamu. 


Penari Soya-Soya


 Kami langsung menuju Floridas. Restauran yang menyediakan menu khas Maluku Utara. Mulai dari sagu, papeda, kuah kuning serta berragam menu spesial lainnya. "Ups,,, ada Pulau Maitara. Itu, tuh, pulau yang ada di gambar uang seribu rupiah. Pulau Maitara tampak jelas sekali dari Floridas.

Pulau Maitara "ingat uang seribu"




 Gunung Gamalama tampak menjadi backgroud kota Ternate. Kota Ternate berada di kaki Gunung Gamalama yang masih aktif hingga sekarang. Hawa udara di kota Ternate lebih sejuk dibandingkan dengan kota lainnya yang telah kami singgahi seperti Ambon dan Sorong. Dari pelabuhan Ahmad Yani kami menuju kelurahan Tabam dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam menggunakan bus. Disanalah kami, para peserta Sail Morotai menginap dan memiliki keluarga angkat.


Saya singgah di Kota Ternate selama tiga hari. Untuk mencapai Kota Ternate dari Jakarta Anda bisa menempuh jalur laut lewat Pelabuhan Tanjung Priok dengan biaya sekitar 500.000 dengan rute Jakarta – Surabaya – Makasar – Ternate. Sedangkan untuk jalur udara Anda bisa menggunakan pesawat yang langsung menuju Jakarta – Ternate dengan biaya 1.200.000 sekali jalan. Namun, ada beberapa pesawat juga yang melayani rute perjalanan ke Ternate dengan transit di Makasar atau Manado terlebih dahulu. Selama di kota ini saya baronda ke beberapa tempat menarik. Baronda dalam bahasa setempat berarti jalan-jalan. Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Keraton dan Museum  Kesultanan Ternate ( Kedaton ). Bangunan khas Maluku Utara ini didominasi warna hijau dan krem. Bangunan berlantai dua nan kokoh ini didirikan pada tanggal 24 November 1813 oleh Sultan Ternate ke-40, Muhammad Ali. Keraton Kesultanan Ternate ini terletak di bukit Limau Santosa dengan luas areal 44,560 m2. Objek wisata ini terletak di kelurahan Soa-sio kecamatan Kota Ternate Utara. Arsitektur bangunan ini berbentuk seekor singa yang sedang duduk dengan dua kaki di depan menopang kepalanya. 



Istana Kesultanan Ternate ( Kedaton )


Ada tiga tiang bendera yang terletak di depan kedaton ini, dua diantaranya yakni tiang bendera Kesultanan Ternate dan tiang bendera Merah Putih. Saya pun mengelilingi gedung indah nan megah ini. Bahkan saya berkesempatan bertemu dan mengobrol dengan sekretaris Kesultanan Ternate. Ada dua tangga yang terletak di bangunan ini. Saat ini, ruang tengahnya difungsikan sebagai museum dengan koleksi benda-benda budaya dan peninggalan sejarah Kesultanan Ternate di masa lalu, diantaranya Al-qur’an tulis tangan, Kelapa kembar (upeti dari raja Sangir), peralatan perang, perkakas-perkakas, baju Sultan, Singgasana dan koleksi-koleksi lainnya.


  
Koleksi museum Kesultanan Ternate - Maluku Utara


 Ada koleksi yang paling unik di Museum ini, tetapi tidak sembarang orang bisa masuk untuk melihatnya. Mahkota Sultan Ternate (stampa), itulah benda yang saya maksud. Mahkota Sultan Ternate (Stampa) merupakan mahkota berrambut yang dihiasi dengan 100 buah batu-batuan permata seperti mutiara, Berlian, Safir, Akik, Jamrud Mira’a, Emas, Perak, Perunggu, dan lain-lain. Konon katanya, rambut yang ada pada mahkota ini senantiasa tumbuh dan dipotong pada saat Hari Raya Idul Adha. Saya sendiri hanya bisa melihat ruangan tempat mahkota itu disimpan.



Puas mengelilingi Keraton dan Museum Kesultanan Ternate ( Kedaton ) ini saya  langsung mengunjungi Masjid Sultan Ternate. Biasanya warga disini menyembutnya Sigi Lamo. Sigi berarti masjid dan lamo berarti besar. Saya cukup berjalan kaki saja untuk mencapai masjid ini dari Kedaton. Saya membutuhkan waktu sekitar lima menit saja. Sesampainya di sana saya langsung disambut gapura dengan ornamen khas Ternate yang memiliki tangga disamping kirinya. 


Gapura Masjid Sultan Ternate ( Sigi Lamo ) yang berdiri kokoh di depan masjid.

Masjid Sultan Ternate mulai dibangun pada tahun 1606 saat berkuasa Sultan Ternate ke-28, Saidi Barakati. Setelah tiga periode kepemimpinan, pada masa pemerintahan Sultan Hamzah barulah masjid ini selesai dibangun tepatnya pada tahun 1648. Bahan bangunan masjid ini terdiri atas batu dengan perekatnya menggunakan campuran kulit kayu pohon kalumpang, dengan bangunan bentuk segi empat, dimana atapnya mengadopsi bentuk tumpang limas dan tiap tumpang dipenuhi terali berukir 360 buah sesuai dengan jumlah hari dalam satu tahun.

 Setiap jamaah yang hendak sholat di masjid Sultan Ternate ini wajib mengenakan kopiah. Bagi Anda yang hendak berkunjung ke Masjid Sultan Ternate tetapi Anda tidak membawa kopiah, Anda jangan khawatir karena marbot (penjaga masjid) telah menyediakan kopiah yang tersusun rapih di dekat pintu masuk masjid. Masjid Sultan Ternate memiliki dua mushola kecil di dua sisinya yang biasa digunakan untuk jamaah wanita maupun untuk mengaji anak-anak kecil di sekitar kota Ternate. 

Bangunan masjid ini pada bagian atapnya berlapis lima tingkat yang menandakan rukun islam. Bagian dalam masjid masih sangat tradisional. Mihrab yang memang khusus digunakan untuk sholat sultan berada di sebelah kanan tempat imam. Bagian dalam atap masjid didominasi warna hijau yang memukau. Tiang-tiang penyangga tampak kokoh berdiri. Memasuki Masjid Sultan ternate ini kita seakan dibawa menuju masa keemasan Kesultanan Ternate, Kerajaan Islam yang sangat mashur di Indonesia.



 Masjid Kesultanan Ternate atau yang lebih dikenal dengan Sigi Lamo. Dalam bahasa setempat Sigi berarti masjid sedangkan Lamo berarti Besar.



 Sigi Lamo ( dari samping )


Mengunjungi kawasan Pantai Jembatan Batu

Tak jauh dari Kedaton Sultan Ternate kita bisa mengunjungi pantai Jembatan Batu. Selepas mengunjungi Masjid Sultan Ternate saya juga menyempatkan diri untuk berkunjung ke Pantai Jembatan Batu. Birunya air pantai langsung menyapa saat saya memasuki kawasan pantai ini. Jarak dari Kedaton ke Pantai ini sekitar 500 meter. Saya cukup  berjalan kaki ketika mengunjungi pantai ini.




Sahabat Bengkulu, Handri berpose di Jembatan Batu tak jauh dari Keraton dan Museum Kesultanan Ternate      


Banyak aktivitas yang bisa kita lakukan di pantai ini. Kita bisa memancing, snorkeling maupun berenang. Kawasan Pantai ini disebut Pantai Jembatan Batu, walaupun jembatan di pantai ini terbuat dari kayu.Pemandangan kota Ternate dibawah kaki Gunung  


 
Jembatan Batu, Kampung Bajo dan Gunung Gamalama


Kampung air suku bajo dan Ternate berada di samping pantai ini.Rumah panggung dengan arsitektur yang khas ini tampak berdiri kokoh dari kejaran ombak pantai Jembatan Batu.Saat ombak surut kita akan dengan mudah menjumpai tiang-tiang penyangga rumah suku Bajo ini.Namun, bila air sedang pasang jangan berharap.Rumah–rumah papan yang tersusun rapih di pinggir pantai ini menambah keelokan kota Ternate.



Kampung Air suku Bajo di dekat Jembatan Batu saat air laut surut.

Sayang sekali untuk Anda yang berkesempatan mengunjungi Kota Ternate ini tetapi tidak mengunjungi Jembatan Batu. Pantai Jembatan Batu ini memiliki air yang sangat jernih. Bahkan saya bisa melihat ikan-ikan yang berrenang dengan mata telanjang. Subhanalloh, luar biasa sekali ciptaan Allah SWT ini. 

Puas mengelilingi Pantai Jembatan batu ini saya langsung mencari angkot menuju Objek  Wisata Batu Angus. Angkot di kota Ternate memutar musik dengan suara yang sangat keras. Bahkan, sampai terdengar ke rumah-rumah warga. Menurut warga sekitar hal ini memang sudah menjadi hal yang lumrah di Ternate. Cukup dengan membayar 3 ribu rupiah saja kita bisa sampai di Wisata Batu Angus.

Batu Angus merupakan hamparan lahan yang dipenuhi bebatuan berwarna hitam. Bebatuan ini berasal dari lahar panas Gunung Gamalama yang meletus pada tahun 1673. Terletak di kaki Gunung Gamalama, perpaduan batu yang bagai stalaktit hitam dengan hijaunya Gunung Gamalama dan birunya laut Ternate menjadi sebuah pemandangan unik nan mempesona. 

Satu hal yang sayang sekali Anda lewatkan saat Anda Baronda ke Ternate. Batu Angus juga merupakan tugu peringatan dan makam tentara Jepang yang gugur dalam pertempuran melawan sekutu pada Perang Dunia II. Saya juga menyempatkan diri untuk memotret view yang menarik di sepanjang kawasan Batu Angus yang spektakuler ini. Saya  disuguhi dengan hamparan bebatuan yang begitu luas dan banyak sekali di kawasan ini. Puas berfoto dan mengelilingi Kawasan Wisata Batu Angus saya melanjutkan ke tempat wisata berikutnya di seputar Kota Ternate.



Wisata Batu Angus dengan latar Gunung Gamalama yang masih aktif hingga kini.


Tempat wisata berikutnya yang saya kunjungi adalah Danau Tolire Besar. Saya memutuskan naik sepeda motor bersama teman dari Ternate yang baru saya kenal, karena dari kawasan Batu Angus biasanya tidak ada angkot yang menuju ke Objek Wisata Danau Tolire Besar.

Berkunjung ke Danau Tolire Besar

Sepanjang perjalanan dari Batu Angus menuju Danau Tolire Besar kita akan disuguhi hijaunya pemandangan di sepanjang jalan. Rumah-rumah berbaris rapih mengikuti alur jalan. Akhirnya, sampailah juga saya di Danau Tolire Besar. Danau Tolire Besar merupakan salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan saat berkunjung ke Kota Ternate.

 Kita akan melewati danau Tolire Kecil di pinggir pantai sebelum kita sampai di danau Tolire Besar. Saya bersama teman-teman saya yang asli Ternate pun singgah sebentar di Danau Tolire Kecil walau  hanya sekedar berfoto dan menikmmati pemandangan danau yang terletak bersebelahan dengan pantai Ternate.




Danau Tolire Kecil




Pantai Ternate yang terletak bersebelahan dengan Danau Tolire Kecil.

Kita membutuhkan waktu sekitar 45 menit menggunakan sepeda motor untuk bisa sampai di danau Tolire Besar. Danau alam ini terletak di kecamatan Takome, sekitar 18 km dari pusat kota Ternate. Airnya yang berwarna hijau dikelilingi oleh pepohonan yang rindang di bawah kaki Gunung Gamalama tampak indah di pandang mata. 

Ada hal yang unik disini, saat kita melemparkan batu disini maka batu itu seolah-olah hilang entah kemana. Saya pun penasaran dan melempar batu ke arah danau, sepanjang penglihatan saya, batu itu hilang entah kemana. Saking asyiknya saya pun mencoba berkali-kali. 

Menurut Angga, teman saya yang asli Ternate, Danau Tolire Besar memiliki daya grafitasi yang sangat kuat. Makanya ketika kita melempar batu ke arah danau, seolah-olah batu itu menghilang ditelan bumi. Danau ini semakin memperlihatkan keindahan alam Indonesia. 

Danau Tolire Besar

Danau Tolire ini merupakan ciptaan dari Tuhan yang Maha Kuasa yang patut kita syukuri. Pengunjung bebas berfoto dan memasuki kawasan wisata ini tanpa dipungut biaya. Saya sangat puas baronda ke Kota Ternate. Lega rasanya sudah sampai di kota Ternate dan mengunjungi Danu Tolire Besar. Ayo Baronda ke Jazirah Al Mulk Kie Raha, Ternate.

0 komentar:

Posting Komentar

Pages