Rabu, 04 Desember 2013

Pesona Danau Dua Propinsi, Danau Ranau



 
Danau Ranau dengan latar Gunung Seminung


Danau Ranau itulah objek wisata yang saya kunjungi bersama teman-teman kerja. Danau Ranau merupakan Danau terbesar kedua di Sumatera setelah Danau Toba. Perjalanan kami mulai dari Kotabumi, Lampung Utara.

 Jarak Bandar Lampung – Kotabumi bisa ditempuh sekitar 3 jam perjalanan dengan menggunakan mobil atau motor. Kami berangkat dari Kotabumi pukul 05.50 WIB pada Selasa, 13 Agustus 2013. 

Sepanjang perjalanan kami menemui banyak perkampungan khas Lampung yang masih terjaga. Disinilah beberapa sub-etnik Lampung berasal. Beberap sub-etnik itu yakni Lampung Abung, Sungkai, Bunga Mayang, Kotabumi, dll. Perkampungan Khas Lampung akan sangat terasa saat kita memasuki pekon (desa) di kecamatan Abung hingga Bukit Kemuning. 

Memasuki Kecamatan Sumber Jaya, Lampung Barat kita akan disambut dengan pemandangan pohon pinus di sisi kiri. Selebihnya kita akan melihat pemandangan yang cukup menakjubkan. Perjalanan yang tentunya sayang sekali untuk dilewatkan. 


 
Suasana pagi hari di Kawasan Puncak - Sumber Jaya - Lampung Barat


Kami sempat berhenti di Masjid Aminatul Jannah di kawasan Puncak Sumber Jaya. Demikian warga setempat menyebutnya. Kawasan ini sangat dingin dibandingkan dengan daerah lainnya di Lampung. Kami singgah sebentar di Masjid untuk sholat duha dan menikmati pemandangan alam yang luar biasa. Kabut masih menggelanyut di Pegunungan Bukit Barisan Selatan yang memanjang seolah mengitari kawasan Puncak ini. 


 
Masjid Aminatul Jannah


Masjid Aminatul Jannah ini dibangun oleh salah satu pengusaha kaya di Fajar Bulan, Bapak Dodi namanya. Masjidnya sangat unik, selain terletak di puncak juga model bangunannya yang bergaya India. Dengan warna-warna cerah yang mendominasi. Warna Kuning, putih dan merah tampak mendominasi. Ada tiga kubah kecil di setiap ujungnya dan ada satu kubah besar di bagian tengah. Sementara itu, Menara masjid tampak gagah berdiri di kawasan pegunungan ini.

 Mentari mulai muncul tanda kami harus melanjutkan perjalanan. Jika Anda ingin merasakan “the spirit of Lampung” maka berkunjunglah ke Lampung Barat. Selain banyak tradisi dan upacara adat yang masih lestari, disini juga banyak dijumpai perkampungan-perkampungan tradisional suku Lampung yang sangat khas dengan jajaran rumah panggungnya yang berdiri kokoh.

 Saat melewati kecamatan Batu brak tepatnya di pekon kegeringan kita akan menemui kepaksian pernong yang dulunya merupkan kerajaan Lampung yang sempat berjaya. Hingga kini kerajaan Pernong masih aktif mengikuti kegiatan-kegiatan Kerajaan Nusantara.

Danau Ranau

Sekitar pukul 11.25 WIB kami pun sampai di Danau Ranau. Ada dua jalur alternatif yang bisa kita tempuh untuk memasuki kawasan Danau Ranau. Anda bisa memasukinya lewat Kawasan Wisata Lumbok Resort di Lampung Barat. Tepat di perempatan pekon Pagar Dewa belok ke kanan maka Anda akan memasuki kawasan Lumbok Resort, ikuti jalan besar maka Anda akan sampai ke Danau Ranau. 

Tapi, kami menggunakan alternatif yang kedua, rute yang kami lewati Ogan Komering Ulu Selatan provinsi Sumatera Selatan. Kehidupan di perbatasan antar provinsi ini banyak didominasi oleh suku Ogan dan Lampung yang masih melestarikan tradisinya masing-masing. Tempat yang sangat cocok buat Anda para pencinta wisata budaya. Barisan rumah Panggung suku Lampung dan Ogan nyaris tak bisa dibedakan lagi. Hampir semuanya sama. 

Sesampainya di Danau Ranau kami semua langsung berfoto-foto. Buat Anda yang hobi berenang dan memancing juga bisa Anda lakukan disini. Penyewaan pakaian basahan sekitar Rp. 2000 dan untuk ban renang berkisar Rp. 3000 – 7000 tergantung ukuran ban. 


Sahabat : Syamsul, Ardi, Riko, Jarwo, Adi, Imam, Azam, kak Yanto dan Kholil



Bersama Sahabat Lampura - Riko


Tampak pengunjung memadati sepanjang bibir Danau Ranau untuk berrenang. Rasanya mungkin segar sekali. Buat Anda yang suka wisata kuliner, jangan khawatir banyak penjual makanan di Danau Air Tawar ini. Kami sengaja tidak berrenang, karena kami akan menyebrang ke Pulau Mariza dan Sumber Air Panas.

Mengunjungi Pulau Mariza dan Sumber Air Panas

Kami memutuskan untuk mengunjungi Pulau Mariza. Satu hal yang menggelitik batin saya. Namanya yang begitu “feminim”. Dengan menyewa perahu kecl berkapasitas 12 orang kami pun mulai menyisir Danau Ranau yang begitu mempesona. Cukup membayar Rp. 250.000 maka kita akan mengunjungi dua tempat wisata. Perjalanan dimulai dari Dermaga Pusri yang banyak menyewakan perahu-perahu khetek. 


 
Perahu siap melaju mengelilingi Danau Ranau



Azam siap menyebrangi Pulau Mariza


Sebenarnya ada beberapa tempat wisata lainnya yang bisa kita kunjungi seperti kampung adat Banding Agung, Makam Sipahit Lidah, Pekon Batu atau Lumbok Resort Lampung Barat. Untuk bisa mengelilingi itu semua membutuhkan biaya sekitar Rp. 1.500.000. 

Tapi kebanyakan wisatwan mengunjungi Pulau Mariza dan Sumber Air Panas di kawasan Teluk. Selain jarak tempuhnya yang dekat dengan Dermaga Pusri juga biayanya lebih murah. Tapi tetap, pilihan ada di tangan Anda. Jika Anda ingin menikmati semuanya saya rasa itu semua akan terbayarkan dengan pemandangan dan pengalaman yang akan kita dapatkan.

Asal Usul Pulau Mariza

Dari Dermaga Pusri menuju Pulau Mariza membutuhkan waktu sekitar 25 menit. Pulau Mariza merupakan pulau yang terletak di tengah Danau Ranau ( walaupun letaknya tidak persis di tengah-tengah). Pulau tak berpenghuni ini tidaklah terlalu luas. 

Pulau ini banyak ditumbuhi pohon Kelapa, Pohon Mangga, Pohon Alpokat dan semak belukar. Lega rasanya sudah berhasil menjejakkan kaki di pulau mungil ini. Kita bisa memandang sekeliling Danau Ranau dari pulau ini tanpa sekat. Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk mengitari pulau ini. 


Pulau Mariza di tengah Danau Ranau


Konon menurut cerita rakyat setempat, Danau ini merupakan cikal bakal jembatan yang dihempaskan oleh Si Mata Empat untuk membangun jembatan dari ujung timur danau menuju pekon Banding Agung. Namun Si Pahit Lidah tidak merestuinya. Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat ini merupakan musuh bebuyutan. Hingga disepakatilah kesepakatan. Si Mata Empat boleh membangun jembatan asalkan harus selesai sebelum ayam berkokok. Alhasil, baru menghempaskan beberapa genggaman tanah untuk membangun jembatan, ayam sudah berkokok. 

Konon, Pulau Mariza inilah bekas hempasan tanah yang ditaburkan Si Mata Empat di Danau Ranau. Terkait asal usul pulau nama in, tentunya Anda penasaran bukan? Pulau ini ditemukan oleh leluhur kakek Mariza. Kini Kakek Mariza telah tiada. Kakek Mariza merupakan salah satu tokoh di pekon Batu. Tapi, namanya tetap abadi di Pulau ini. Puas mengitari Pulau ini saatnya untuk kembali melanjutkan perjalanan.

Berrendam di Sumber Air Panas Alami 

Perjalanan berikutnya adalah mengunjungi Sumber Air Panas. Dari pulau Mariza menuju sumber Air Panas ini bisa ditempuh dengan waktu sekitar 20 menit. Disini kita bisa memanjakan diri dengan berrendam di Air Panas yang langsung sumbernya dari gunung dekat Danau Ranau ini. Sumber Air Panas ini terletak persis di bibir Danau Ranau, hanya dibatasi dengan tembok pembatas. Kita dipungut biaya Rp 5000 / orang untuk memasuki kawasan wisata ini. Berbeda saat mengunjungi Pulau Mariza yang gratis tanpa pungutan biaya.
Di Kawasan wisata ini banyak dijumpai penjual makanan. Untuk Anda yang muslim jangan khawatir, ada Mushola yang bisa Anda gunakan untuk sholat. Sensasi wudhu yang berbeda akan Anda temukan disini. Anda langsung berwudhu di Danau Ranau ini. Fiuhhhh……. Segar sekali. Perjalanan kali ini sungguh menyenangkan.



 
Kolam Air Panas di pinggir Danau Ranau "unik"








0 komentar:

Posting Komentar

Pages