Danau Ranau dengan latar Gunung Seminung
Danau
Ranau itulah objek wisata yang saya kunjungi bersama teman-teman kerja. Danau
Ranau merupakan Danau terbesar kedua di Sumatera setelah Danau Toba. Perjalanan
kami mulai dari Kotabumi, Lampung Utara.
Jarak Bandar Lampung – Kotabumi bisa ditempuh
sekitar 3 jam perjalanan dengan menggunakan mobil atau motor. Kami berangkat
dari Kotabumi pukul 05.50 WIB pada Selasa, 13 Agustus 2013.
Sepanjang
perjalanan kami menemui banyak perkampungan khas Lampung yang masih terjaga.
Disinilah beberapa sub-etnik Lampung berasal. Beberap sub-etnik itu yakni
Lampung Abung, Sungkai, Bunga Mayang, Kotabumi, dll. Perkampungan Khas Lampung
akan sangat terasa saat kita memasuki pekon (desa) di kecamatan Abung hingga
Bukit Kemuning.
Memasuki
Kecamatan Sumber Jaya,
Lampung Barat kita akan disambut dengan pemandangan pohon pinus di sisi kiri.
Selebihnya kita akan melihat pemandangan yang cukup menakjubkan. Perjalanan
yang tentunya sayang sekali untuk dilewatkan.
Suasana pagi hari di Kawasan Puncak - Sumber Jaya - Lampung Barat
Kami
sempat berhenti di Masjid Aminatul Jannah di kawasan Puncak Sumber Jaya.
Demikian warga setempat menyebutnya. Kawasan ini sangat dingin dibandingkan
dengan daerah lainnya di Lampung. Kami singgah sebentar di Masjid untuk sholat
duha dan menikmati pemandangan alam yang luar biasa. Kabut masih menggelanyut
di Pegunungan Bukit Barisan Selatan yang memanjang seolah mengitari kawasan
Puncak ini.
Masjid Aminatul Jannah
Masjid
Aminatul Jannah ini dibangun oleh salah satu pengusaha kaya di Fajar Bulan,
Bapak Dodi namanya. Masjidnya sangat unik, selain terletak di puncak juga model
bangunannya yang bergaya India. Dengan warna-warna cerah yang mendominasi.
Warna Kuning, putih dan merah tampak mendominasi. Ada tiga kubah kecil di
setiap ujungnya dan ada satu kubah besar di bagian tengah. Sementara itu, Menara
masjid tampak gagah berdiri di kawasan pegunungan ini.
Mentari mulai muncul tanda kami harus
melanjutkan perjalanan. Jika Anda ingin merasakan “the spirit of Lampung” maka
berkunjunglah ke Lampung Barat. Selain banyak tradisi dan upacara adat yang
masih lestari, disini juga banyak dijumpai perkampungan-perkampungan
tradisional suku Lampung yang sangat khas dengan jajaran rumah panggungnya yang
berdiri kokoh.
Saat melewati kecamatan Batu brak tepatnya di
pekon kegeringan kita akan menemui kepaksian pernong yang dulunya merupkan
kerajaan Lampung yang sempat berjaya. Hingga kini kerajaan Pernong masih aktif
mengikuti kegiatan-kegiatan Kerajaan Nusantara.
Danau Ranau
Sekitar
pukul 11.25 WIB kami pun sampai di Danau Ranau. Ada dua jalur alternatif yang
bisa kita tempuh untuk memasuki kawasan Danau Ranau. Anda bisa memasukinya
lewat Kawasan Wisata Lumbok Resort di Lampung Barat. Tepat di perempatan pekon
Pagar Dewa belok ke kanan maka Anda akan memasuki kawasan Lumbok Resort, ikuti
jalan besar maka Anda akan sampai ke Danau Ranau.
Tapi, kami menggunakan alternatif yang kedua, rute yang kami
lewati Ogan Komering Ulu Selatan provinsi Sumatera Selatan. Kehidupan di
perbatasan antar provinsi ini banyak didominasi oleh suku Ogan dan Lampung yang
masih melestarikan tradisinya masing-masing. Tempat yang sangat cocok buat Anda
para pencinta wisata budaya. Barisan rumah Panggung suku Lampung dan Ogan
nyaris tak bisa dibedakan lagi. Hampir semuanya sama.
Sesampainya
di Danau Ranau kami semua langsung berfoto-foto. Buat Anda yang hobi berenang
dan memancing juga bisa Anda lakukan disini. Penyewaan pakaian basahan sekitar
Rp. 2000 dan untuk ban renang berkisar Rp. 3000 – 7000 tergantung ukuran ban.
Sahabat : Syamsul, Ardi, Riko, Jarwo, Adi, Imam, Azam, kak Yanto dan Kholil
Bersama Sahabat Lampura - Riko
Tampak
pengunjung memadati sepanjang bibir Danau Ranau untuk berrenang. Rasanya
mungkin segar sekali. Buat Anda yang suka wisata kuliner, jangan khawatir
banyak penjual makanan di Danau Air Tawar ini. Kami sengaja tidak berrenang,
karena kami akan menyebrang ke Pulau Mariza dan Sumber Air Panas.
Mengunjungi
Pulau Mariza dan Sumber Air Panas
Kami
memutuskan untuk mengunjungi Pulau Mariza. Satu hal yang menggelitik batin
saya. Namanya yang begitu “feminim”. Dengan menyewa perahu kecl berkapasitas 12
orang kami pun mulai menyisir Danau Ranau yang begitu mempesona. Cukup membayar
Rp. 250.000 maka kita akan mengunjungi dua tempat wisata. Perjalanan dimulai
dari Dermaga Pusri yang banyak menyewakan perahu-perahu khetek.
Perahu siap melaju mengelilingi Danau Ranau
Azam siap menyebrangi Pulau Mariza
Sebenarnya
ada beberapa tempat wisata lainnya yang bisa kita kunjungi seperti kampung adat
Banding Agung, Makam Sipahit Lidah, Pekon Batu atau Lumbok Resort Lampung
Barat. Untuk bisa mengelilingi itu semua membutuhkan biaya sekitar Rp.
1.500.000.
Tapi
kebanyakan wisatwan mengunjungi Pulau Mariza dan Sumber Air Panas di kawasan
Teluk. Selain jarak tempuhnya yang dekat dengan Dermaga Pusri juga biayanya
lebih murah. Tapi tetap, pilihan ada di tangan Anda. Jika Anda ingin menikmati
semuanya saya rasa itu semua akan terbayarkan dengan pemandangan dan pengalaman
yang akan kita dapatkan.
Asal
Usul Pulau Mariza
Dari
Dermaga Pusri menuju Pulau Mariza membutuhkan waktu sekitar 25 menit. Pulau
Mariza merupakan pulau yang terletak di tengah Danau Ranau ( walaupun letaknya
tidak persis di tengah-tengah). Pulau tak berpenghuni ini tidaklah terlalu
luas.
Pulau
ini banyak ditumbuhi pohon Kelapa, Pohon Mangga, Pohon Alpokat dan semak
belukar. Lega rasanya sudah berhasil menjejakkan kaki di pulau mungil ini. Kita
bisa memandang sekeliling Danau Ranau dari pulau ini tanpa sekat. Hanya
membutuhkan waktu sepuluh menit untuk mengitari pulau ini.
Pulau Mariza di tengah Danau Ranau
Konon
menurut cerita rakyat setempat, Danau ini merupakan cikal bakal jembatan yang
dihempaskan oleh Si Mata Empat untuk membangun jembatan dari ujung timur danau
menuju pekon Banding Agung. Namun Si Pahit Lidah tidak merestuinya. Si Pahit
Lidah dan Si Mata Empat ini merupakan musuh bebuyutan. Hingga disepakatilah
kesepakatan. Si Mata Empat boleh membangun jembatan asalkan harus selesai
sebelum ayam berkokok. Alhasil, baru menghempaskan beberapa genggaman tanah
untuk membangun jembatan, ayam sudah berkokok.
Konon,
Pulau Mariza inilah bekas hempasan tanah yang ditaburkan Si Mata Empat di Danau
Ranau. Terkait asal usul pulau nama in, tentunya Anda penasaran bukan? Pulau
ini ditemukan oleh leluhur kakek Mariza. Kini Kakek Mariza telah tiada. Kakek
Mariza merupakan salah satu tokoh di pekon Batu. Tapi, namanya tetap abadi di
Pulau ini. Puas mengitari Pulau ini saatnya untuk kembali melanjutkan
perjalanan.
Berrendam
di Sumber Air Panas Alami
Perjalanan
berikutnya adalah mengunjungi Sumber Air Panas. Dari pulau Mariza menuju sumber
Air Panas ini bisa ditempuh dengan waktu sekitar 20 menit. Disini kita bisa
memanjakan diri dengan berrendam di Air Panas yang langsung sumbernya dari
gunung dekat Danau Ranau ini. Sumber Air Panas ini terletak persis di bibir Danau
Ranau, hanya dibatasi
dengan tembok pembatas. Kita dipungut biaya Rp 5000 / orang untuk memasuki
kawasan wisata ini. Berbeda saat mengunjungi Pulau Mariza yang gratis tanpa
pungutan biaya.
Di
Kawasan wisata ini banyak dijumpai penjual makanan. Untuk Anda yang muslim
jangan khawatir, ada Mushola yang bisa Anda gunakan untuk sholat. Sensasi wudhu
yang berbeda akan Anda temukan disini. Anda langsung berwudhu di Danau Ranau
ini. Fiuhhhh……. Segar sekali. Perjalanan kali ini sungguh menyenangkan.
Kolam Air Panas di pinggir Danau Ranau "unik"
0 komentar:
Posting Komentar