Kupang,
merupakan ibukota provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ). Memasuki kota Kupang
kita akan disuguhi pemandangan batu karang yang hampir memenuhi setiap jengkal
tanahnya. Namun, dibalik itu semua ternyata Kupang memiliki banyak pantai serta
objek wisata alam yang asri. Saya sempat mengunjungi beberapa tempat menarik
saat singgah di Kota Kasih, Kupang.
Tugu Sasando
Saya
singgah selama 3 hari di Kota Kupang. Tepatnya di Kelurahan Bakunase. Disana
pula saya memiliki keluarga angkat, papa Muhammad Tilaar. Saya juga memiliki
adik angkat, Bella dan Arman Tilaar. Mama angkat saya orang Fernandes.
Fernandes merupakan sebutan untuk orang Flores
tetapi keturunan Portugis. Fisik mereka mirip dengan blasteran Indonesia –
Portugis. Papa angkat saya M. Tilaar orang Ternate. Keluarga kecil ini dibalut
dengan nuansa islam yang kental. Berdampingan dengan umat kristiani di
sekelilingnya. Ini benar-benar menjadikan representasi Kota Kupang sebagai Kota
Kasih.
Pagi Buta ke Air Terjun
Oe Nesu
Selepas sholat subuh di
Masjid Raya Baiturahman Bakunase saya segera packing. Pagi ini tempat yang saya tuju adalah Air Terjun Oe Nesu
di kecamatan Batakte, Kupang Barat. Tepat pukul 05.30 WITA saya ditemani kaka
Taufik menuju Air Terjun Oe Nesu.
Suasana Air Terjun Oe Nesu di pagi hari
Sepanjang
perjalanan yang saya lalui batu karang tampak dengan jelas. Pemandangan khas
Nusa Tenggara Timur benar-benar saya rasakan di Kupang Barat. Deretan
rumah-rumah sederhana, pohon-pohon yang kering menua serta batu karang yang
tersembul dari berbagai sudut. Justru pemandangan seperti inilah yang saya cari.
Saya begitu menikmati perjalanan pagi ini. Udara semakin dingin. Saya bahkan
memakai baju berlapis untuk menahan hawa dingin pagi ini.
Sekitar
pukul 06.00 WITA, sampailah kami di Air Terjun Oe Nesu. Penjaga loket tiket
belum datang, itu artinya saya bisa masuk secara gratis di objek wisata ini. Saya segera menuruni anak tangga yang
sudah dibuat permanen menggunakan batu-bata. Tampak ada jembatan yang
menghubungkan antara sisi kanan dan kiri sungai yang dilalui air terjun Oe
Nesu.
Oe
dalam bahasa Timor berarti Air sedangkan Nesu adalah nama daerah tersebut. Air
terjunnya bertingkat-tingkat. Ada sekitar tiga tingkatan di tiga sisi gundukan
besar. Airnya bersih dan jernih sekali. Saya begitu terkagum-kagum pada
pemandangan alam yang satu ini.
Kawasan
Hutan di Air Terjun Oe Nesu masih begitu asri dan alami. Pepohonan hijau saling
berhimpitan memayungi Air Terjun yang memiliki ketinggian sekitar 300 meter
ini. Sayang tempat ini kurang terawat begitu juga dengan fasilitas kamar mandi
yang kurang memadai. Daun-daun kering juga bertebaran saat kita memasuki
gerbang Air terjun cantik ini.
Hutan Lontar di Pantai
Lasiana
Salah satu objek wisata yang wajib
Anda kunjungi saat singgah ke Kota Kupang adalah Pantai Lasiana. Pantai Lasiana
sangatlah populer bagi warga Kupang. Pantai ini berbeda dengan pantai lainnya
di Indonesia ataupun di Kota Kupang khususnya.
Pantai Lasiana dengan background Pohon Lontar
Pantai
Lasiana banyak ditumbuhi Pohon Lontar. Wisatawan banyak yang berteduh di bawah
Pohon Lontar. Pantai Lasiana berpasir putih nan lembut. Deburan ombaknya begitu
tenang. Kita bisa berrenang atau pun berjemur di kawasan pantai ini. Konon,
Buaya Putih pernah muncul di pantai ini. Pantai Lasiana juga bisa dijadikan
sebagai tujuan wisata bersama keluarga. Banyak juga keluarga muslim yang
mengunjungi Pantai ini. Hal ini terlihat begitu banyaknya warga Kupang khususnya
wanita yang mengenakan jilbab di Pantai Eksotis ini.
Melihat
deburan ombak dan pasirnya yang putih saya teringat akan Pantai Natsepa di Kota
Ambon. Pantai Lasiana begitu memikat setiap wisatawan yang berkunjung ke pantai
ini. Banyak penjual makanan di kawasan pantai ini. Pisang cokelat goreng, buah
kelapa dan buah lontar juga banyak
dijajakan disini. Satu buah kelapa dihargai Rp.5000. Nikmat sekali perjalanan
kali ini.
Twins
Beach,
Pantai Kelapa Lima dan Pantai Pasir Panjang
Saya
menyebutnya Twins Beach, karena letak
pantai ini yang berdekatan. Pantai Kelapa Lima dan Pantai Pasir Panjang hanya
dipisahkan oleh Subasuka Resto. Saya menyusuri sepanjang pantai Pasir Panjang.
Pasirnya yang putih membuat saya betah disini. Beberapa warga setempat juga
memanfaatkan pantai ini untuk mencari tanaman laut sejenis rumput laut.
Memancing adalah salah satu aktivitas yang bisa kita lakukan di pantai ini.
Anak-anak asyik berrenang menikmati suasana sore hari ini. Pantai ini tidak
begitu landai. Ada tembok besar dan memanjang yang memisahkan antara daratan
dengan bibir pantai. Jadi, untuk Anda yang ingin menyusuri pantai ini harus
turun dulu di bagian sisi kiri. Pantai ini dekat dengan jalan raya. Jadi,
sangatlah strategis sekali. Anda pun tak perlu membayar tiket untuk memasuki
pantai ini.
Puas menyusuri pantai Pasir Panjang
saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mengunjungi Pantai Kelapa Lima.
Pantai Kelapa Lima begitu eksotis pada sore hari. Pasir putih mengitari pantai
yang terletak di samping Subasuka ini. Sejauh mata memandang air laut biru
seolah bersinar akibat pantulan sinar matahari. Pantai ini tak jauh berbeda
dengan Pantai Pasir Panjang. Sisa alga berserakan di sepanjang bibir pantai. Tetapi,
pantai ini tetap eksotis. Ada semacam undakan tangga di bagian atas. Biasanya
undakan tangga ini digunakan untuk duduk-duduk santai. Restauran Subasuka
tampak anggun berdiri diantara tepian batu karang diantara Pantai Pasir Panjang
dan Pantai Kelapa Lima.
Bernostalgia di Gong
Perdamaian Nusantara
Warga
sekitar menyebut kawasan Gong Perdamaian Nusantara dengan sebutan Taman
Nostalgia. Taman ini sangat luas. Ada semacam arena pertunjukan dengan Gong
Perdamaian sebagai sentralnya. Sementara itu, di sisi kanan taman ini dipenuhi
dengan deretan penjual aneka makanan dan minuman. Selaian menikmati indahnya taman
ini Anda juga akan dipuaskan dengan wisata kulinernya. Anda tak perlu khawatir
karena sebagian besar penjual disini adalah muslim.
Gong Perdamaian Nusantara
Gong
perdamaian ini ditopang dengan empat tiang penyangga berwarna putih. Gong
berada di tengah-tengah diantara empat pilar tadi. Gong ini berisi lambang
kabupaten dan provinsi se-Indonesia. Gong perdamaian semacam ini juga ada di
Kota Ambon. Bedanya gong di Kota Ambon merupakan Gong Perdamaian Dunia yang
berisi lambang negara-negara dunia. Warnanya kuning emas dengan bentuk yang
khas. Biasanya taman ini ramai mulai sore hingga malam hari. Taman ini terletak
tak jauh dari museum Nusa Tenggara Timur.
Museum Komodo atau
Museum Nusa Tenggara Timur ?
Hin,
Temanku dari Vietnam, menyangka Museum NTT adalah Museum Komodo. Orang yang
baru melihatnya pun pasti akan menyangka demikian. Pasalnya gapura museum NTT
hanya bertuliskan “museum” dengan lambang ‘komodo” diatasnya. Museum NTT terletak
di seberang Taman Nostalgia Kupang.
Nuansa
Nusa Tenggara Timur akan semakin terasa saat kita memasuki satu per satu ruang
pameran. Museum ini mengangkat budaya Jagung hingga madu yang begitu populer di
NTT. Pada bagian lain museum ada kerangka ikan paus raksasa yang telah di
awetkan. Sayang kerangka ikan paus ini pada bagian ekornya banyak dicoret oleh
tangan-tangan jahil. Kerangka ikan paus
semacam ini juga pernah saya saksikan di Museum Zoologi Bogor dan Museum Siwa
Lima Ambon.
Gerbang Museum Nusa Tenggara Timur
Pemandu
museum mengajak kami mengelilingi seluruh bagian. Pertama kami diajak ke
ruangan yang khusus berisi patung dan benda-benda ukiran pada masa lampau.
Patung aneka bentuk khas Flores, Alor, Timor dan Sabu bisa kita jumpai disini.
Patungnya sangatlah antik.
Kami
pun diajak mengelilingi ruang pameran kontemporer yang berisi fosil-fosil
peralatan hidup manusia purba pada masa mesolithikum. Tengkorak dan rangka
manusia kerdil, Homo Floresiensis
yang ditemukan pada penggalian 2003 di Situs Liang Bua, Manggarai juga
tersimpan rapih. Pada masa itu manusia mulai menempati gua, memiliki budaya
alat serpih batu serta pemanfaatan sisa-sisa hewan sebagai alat tulang.
Pada
masa klasik, Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu daerah yang berada di bawah
kekuasaan kerajaan Hindu Jawa di Kediri sejak abad XIII (1225), berdasarkan
dokumen Cina yang ditulis oleh Chau Ju Kua. Hubungan dagang telah terjadi
dengan bangsa Cina, Arab dan Eropa. Komoditi utama yang diperdagangkan adalah
Kayu Cendana (Santalum album linn),
madu, lilin, kuda, dan budak. Bangsa Eropa yang pertama tiba di NTT untuk
menguasai adalah Portugis. Pada tahun 1566 berdirilah Benteng Lohayong di
Solor-Flores Timur. Bahkan di sekitar pulau Flores masih banyak ditemukan
keturunan bangsa Portugis, yakni marga Fernandes.
Museum
ini buka dari hari Senin – Jumat mulai pukul 08.00 – 15.30 WITA. Tiket masuk
untuk orang dewasa ( pelajar dan mahasiswa ) sebesar Rp.1000 dan untuk
anak-anak Rp.500. Memasuki museum ini maka kita akan tahu banyak hal tentang
NTT. Setiap kabupaten di NTT memiliki karakteristik budaya, bahasa dan bentang
alam tersendiri. Sebagai miniaturnya Anda bisa melihatnya di museum Nusa
Tenggara Timur ini.
Goa Monyet, Tandus tapi
Eksotis
Memasuki
areal Goa Monyet kita akan disuguhi dengan pemandangan yang khas. Rimbunan pohon
kering tetap berdiri tegak. Seperti mengisyaratkan betapa tandusnya provinsi
kepulauan ini. Saya pun diajak oleh pemandu lokal mengelilingi kompleks wisata
Goa Monyet. Goa Monyet merupakan tempat berkumpulnya monyet yang menghuni
kawasan ini. Hanya ada dua ekor monyet yang menghuni goa ini. Dulu sebenarnya
ada juga monyet putih yang menghuni goa ini, sayangnya monyet putihnya sudah
mati. Ada dua lokasi Goa Monyet di Kupang.
Gua Monyet di Kota Kupang
Pada
kesempatan ini saya mengunjungi Goa Monyet di kawasan Sasando. Tugu Sasando berdiri dengan gagahnya di pertigaan jalur
menuju Pantai Kelapa Lima. Sasando sendiri merupakan alat musik khas Rote, NTT.
Saya sengaja memilih mengunjungi Goa Monyet ini karena letaknya berdekatan
dengan objek wisata lainnya. Bahkan kita bisa berjalan kaki menuju Pantai
Kelapa Lima selepas berkunjung dari Goa Monyet. Selain Goa Monyet di kawasan
ini juga ada Goa Jepang. Goa nya rapi dan begitu eksotis. Saya baru menemukan
goa dengan bentuk serapih ini. Halaman goa tampak seperti taman. Daun-daun
tampak berserakan di kawasan ini. Dulunya Goa Jepang ini digunakan sebagai alat
untuk menyimpan senjata. Lokasinya berdekatan dengan kantor Timor Ekspres,
koran terbesar di daratan Pulau Timor. Menurutku kawasan ini merupakan salah
satu yang harus Anda kunjungi ketika berkunjung ke Kupang.
Kuliner khas NTT,
Jagung Bose dan Sei
Jagung
Bose adalah makanan khas NTT yang begitu populer. Jagung bose terbuat dari
berbagai jenis kacang-kacangan. Sedangkan, sei adalah daging sapi yang
dikeringkan kemudian digoreng. Sei ini sangat nikmat saat disantap dengan
jagung bose ataupun nasi panas.
Pasar Kota Kupang dan
Pantai Tedis Pantai Ketapang 1
Sekitar
5 jam sebelum ke Pulau Komodo, para peserta Sail Komodo 2013 singgah sebentar
di Pasar Kota Kupang. Jika Anda ingin berburu oleh-oleh khas NTT, di pasar
inilah salah satu pusatnya. Mulai dari kain khas NTT, kalung, gelang hingga
gantungan kunci ada disini.
Masjid
Nur Sya’adah juga berada tak jauh dari pasar. Ini merupakan masjid terbesar
yang pernah saya kunjungi selama di NTT. Memasuki masjid Nur Sya’adah serasa
tidak berada di NTT. Masjid yang ber-AC ini membuat betah. Berbeda dengan
kondisi di luar yang sangat panas.
Masjid yang terletak di Kelurahan Fontein Kecamatan Kota Raja Kupang
Kota ini memiliki desain yang sangat unik.
Beberapa
kosakata yang digunakan di Kota Kupang dan sekitarnya.
1. Sonde : Tidak
2. Pung : Punya
3. Katong
/ Dong : Mereka
4. Su : Sudah
5. Beta
: Saya
6. Lu : Kamu
7. Balom : Belum
8. Jang : Jangan
Kak keren tulisannya..ajari nulis yg bagus dong..
BalasHapus