Selasa, 03 Desember 2013

Kupang, Kota Kasih



Kupang, merupakan ibukota provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ). Memasuki kota Kupang kita akan disuguhi pemandangan batu karang yang hampir memenuhi setiap jengkal tanahnya. Namun, dibalik itu semua ternyata Kupang memiliki banyak pantai serta objek wisata alam yang asri. Saya sempat mengunjungi beberapa tempat menarik saat singgah di Kota Kasih, Kupang.



 Tugu Sasando

Saya singgah selama 3 hari di Kota Kupang. Tepatnya di Kelurahan Bakunase. Disana pula saya memiliki keluarga angkat, papa Muhammad Tilaar. Saya juga memiliki adik angkat, Bella dan Arman Tilaar. Mama angkat saya orang Fernandes. Fernandes merupakan  sebutan untuk orang Flores tetapi keturunan Portugis. Fisik mereka mirip dengan blasteran Indonesia – Portugis. Papa angkat saya M. Tilaar orang Ternate. Keluarga kecil ini dibalut dengan nuansa islam yang kental. Berdampingan dengan umat kristiani di sekelilingnya. Ini benar-benar menjadikan representasi Kota Kupang sebagai Kota Kasih.

Pagi Buta ke Air Terjun Oe Nesu

            Selepas sholat subuh di Masjid Raya Baiturahman Bakunase saya segera packing. Pagi ini tempat yang saya tuju adalah Air Terjun Oe Nesu di kecamatan Batakte, Kupang Barat. Tepat pukul 05.30 WITA saya ditemani kaka Taufik menuju Air Terjun Oe Nesu. 

 
 Suasana Air Terjun Oe Nesu di pagi hari



Sepanjang perjalanan yang saya lalui batu karang tampak dengan jelas. Pemandangan khas Nusa Tenggara Timur benar-benar saya rasakan di Kupang Barat. Deretan rumah-rumah sederhana, pohon-pohon yang kering menua serta batu karang yang tersembul dari berbagai sudut. Justru pemandangan seperti inilah yang saya cari. Saya begitu menikmati perjalanan pagi ini. Udara semakin dingin. Saya bahkan memakai baju berlapis untuk menahan hawa dingin pagi ini. 

Sekitar pukul 06.00 WITA, sampailah kami di Air Terjun Oe Nesu. Penjaga loket tiket belum datang, itu artinya saya bisa masuk secara gratis di objek wisata  ini. Saya segera menuruni anak tangga yang sudah dibuat permanen menggunakan batu-bata. Tampak ada jembatan yang menghubungkan antara sisi kanan dan kiri sungai yang dilalui air terjun Oe Nesu. 


Oe dalam bahasa Timor berarti Air sedangkan Nesu adalah nama daerah tersebut. Air terjunnya bertingkat-tingkat. Ada sekitar tiga tingkatan di tiga sisi gundukan besar. Airnya bersih dan jernih sekali. Saya begitu terkagum-kagum pada pemandangan alam yang satu ini.

Kawasan Hutan di Air Terjun Oe Nesu masih begitu asri dan alami. Pepohonan hijau saling berhimpitan memayungi Air Terjun yang memiliki ketinggian sekitar 300 meter ini. Sayang tempat ini kurang terawat begitu juga dengan fasilitas kamar mandi yang kurang memadai. Daun-daun kering juga bertebaran saat kita memasuki gerbang Air terjun cantik ini. 

Hutan Lontar di Pantai Lasiana 

            Salah satu objek wisata yang wajib Anda kunjungi saat singgah ke Kota Kupang adalah Pantai Lasiana. Pantai Lasiana sangatlah populer bagi warga Kupang. Pantai ini berbeda dengan pantai lainnya di Indonesia ataupun di Kota Kupang khususnya.
 
 Pantai Lasiana dengan background Pohon Lontar

Pantai Lasiana banyak ditumbuhi Pohon Lontar. Wisatawan banyak yang berteduh di bawah Pohon Lontar. Pantai Lasiana berpasir putih nan lembut. Deburan ombaknya begitu tenang. Kita bisa berrenang atau pun berjemur di kawasan pantai ini. Konon, Buaya Putih pernah muncul di pantai ini. Pantai Lasiana juga bisa dijadikan sebagai tujuan wisata bersama keluarga. Banyak juga keluarga muslim yang mengunjungi Pantai ini. Hal ini terlihat begitu banyaknya warga Kupang khususnya wanita yang mengenakan jilbab di Pantai Eksotis ini. 

Melihat deburan ombak dan pasirnya yang putih saya teringat akan Pantai Natsepa di Kota Ambon. Pantai Lasiana begitu memikat setiap wisatawan yang berkunjung ke pantai ini. Banyak penjual makanan di kawasan pantai ini. Pisang cokelat goreng, buah kelapa  dan buah lontar juga banyak dijajakan disini. Satu buah kelapa dihargai Rp.5000. Nikmat sekali perjalanan kali ini. 

Twins Beach, Pantai Kelapa Lima dan Pantai Pasir Panjang

Saya menyebutnya Twins Beach, karena letak pantai ini yang berdekatan. Pantai Kelapa Lima dan Pantai Pasir Panjang hanya dipisahkan oleh Subasuka Resto. Saya menyusuri sepanjang pantai Pasir Panjang. Pasirnya yang putih membuat saya betah disini. Beberapa warga setempat juga memanfaatkan pantai ini untuk mencari tanaman laut sejenis rumput laut. Memancing adalah salah satu aktivitas yang bisa kita lakukan di pantai ini. Anak-anak asyik berrenang menikmati suasana sore hari ini. Pantai ini tidak begitu landai. Ada tembok besar dan memanjang yang memisahkan antara daratan dengan bibir pantai. Jadi, untuk Anda yang ingin menyusuri pantai ini harus turun dulu di bagian sisi kiri. Pantai ini dekat dengan jalan raya. Jadi, sangatlah strategis sekali. Anda pun tak perlu membayar tiket untuk memasuki pantai ini.

            Puas menyusuri pantai Pasir Panjang saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mengunjungi Pantai Kelapa Lima. Pantai Kelapa Lima begitu eksotis pada sore hari. Pasir putih mengitari pantai yang terletak di samping Subasuka ini. Sejauh mata memandang air laut biru seolah bersinar akibat pantulan sinar matahari. Pantai ini tak jauh berbeda dengan Pantai Pasir Panjang. Sisa alga berserakan di sepanjang bibir pantai. Tetapi, pantai ini tetap eksotis. Ada semacam undakan tangga di bagian atas. Biasanya undakan tangga ini digunakan untuk duduk-duduk santai. Restauran Subasuka tampak anggun berdiri diantara tepian batu karang diantara Pantai Pasir Panjang dan Pantai Kelapa Lima.

Bernostalgia di Gong Perdamaian Nusantara 

Warga sekitar menyebut kawasan Gong Perdamaian Nusantara dengan sebutan Taman Nostalgia. Taman ini sangat luas. Ada semacam arena pertunjukan dengan Gong Perdamaian sebagai sentralnya. Sementara itu, di sisi kanan taman ini dipenuhi dengan deretan penjual aneka makanan dan minuman. Selaian menikmati indahnya taman ini Anda juga akan dipuaskan dengan wisata kulinernya. Anda tak perlu khawatir karena sebagian besar penjual disini adalah muslim. 

Gong Perdamaian Nusantara

Gong perdamaian ini ditopang dengan empat tiang penyangga berwarna putih. Gong berada di tengah-tengah diantara empat pilar tadi. Gong ini berisi lambang kabupaten dan provinsi se-Indonesia. Gong perdamaian semacam ini juga ada di Kota Ambon. Bedanya gong di Kota Ambon merupakan Gong Perdamaian Dunia yang berisi lambang negara-negara dunia. Warnanya kuning emas dengan bentuk yang khas. Biasanya taman ini ramai mulai sore hingga malam hari. Taman ini terletak tak jauh dari museum Nusa Tenggara Timur. 

Museum Komodo atau Museum Nusa Tenggara Timur ?

Hin, Temanku dari Vietnam, menyangka Museum NTT adalah Museum Komodo. Orang yang baru melihatnya pun pasti akan menyangka demikian. Pasalnya gapura museum NTT hanya bertuliskan “museum” dengan lambang ‘komodo” diatasnya. Museum NTT terletak di seberang Taman Nostalgia Kupang.

Nuansa Nusa Tenggara Timur akan semakin terasa saat kita memasuki satu per satu ruang pameran. Museum ini mengangkat budaya Jagung hingga madu yang begitu populer di NTT. Pada bagian lain museum ada kerangka ikan paus raksasa yang telah di awetkan. Sayang kerangka ikan paus ini pada bagian ekornya banyak dicoret oleh tangan-tangan jahil.  Kerangka ikan paus semacam ini juga pernah saya saksikan di Museum Zoologi Bogor dan Museum Siwa Lima Ambon. 

  Gerbang Museum Nusa Tenggara Timur 

Pemandu museum mengajak kami mengelilingi seluruh bagian. Pertama kami diajak ke ruangan yang khusus berisi patung dan benda-benda ukiran pada masa lampau. Patung aneka bentuk khas Flores, Alor, Timor dan Sabu bisa kita jumpai disini. Patungnya sangatlah antik. 

Kami pun diajak mengelilingi ruang pameran kontemporer yang berisi fosil-fosil peralatan hidup manusia purba pada masa mesolithikum. Tengkorak dan rangka manusia kerdil, Homo Floresiensis yang ditemukan pada penggalian 2003 di Situs Liang Bua, Manggarai juga tersimpan rapih. Pada masa itu manusia mulai menempati gua, memiliki budaya alat serpih batu serta pemanfaatan sisa-sisa hewan sebagai alat tulang. 

Pada masa klasik, Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu daerah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Hindu Jawa di Kediri sejak abad XIII (1225), berdasarkan dokumen Cina yang ditulis oleh Chau Ju Kua. Hubungan dagang telah terjadi dengan bangsa Cina, Arab dan Eropa. Komoditi utama yang diperdagangkan adalah Kayu Cendana      (Santalum album linn), madu, lilin, kuda, dan budak. Bangsa Eropa yang pertama tiba di NTT untuk menguasai adalah Portugis. Pada tahun 1566 berdirilah Benteng Lohayong di Solor-Flores Timur. Bahkan di sekitar pulau Flores masih banyak ditemukan keturunan bangsa Portugis, yakni marga Fernandes.

Museum ini buka dari hari Senin – Jumat mulai pukul 08.00 – 15.30 WITA. Tiket masuk untuk orang dewasa ( pelajar dan mahasiswa ) sebesar Rp.1000 dan untuk anak-anak Rp.500. Memasuki museum ini maka kita akan tahu banyak hal tentang NTT. Setiap kabupaten di NTT memiliki karakteristik budaya, bahasa dan bentang alam tersendiri. Sebagai miniaturnya Anda bisa melihatnya di museum Nusa Tenggara Timur ini.

Goa Monyet, Tandus tapi Eksotis

Memasuki areal Goa Monyet kita akan disuguhi dengan pemandangan yang khas. Rimbunan pohon kering tetap berdiri tegak. Seperti mengisyaratkan betapa tandusnya provinsi kepulauan ini. Saya pun diajak oleh pemandu lokal mengelilingi kompleks wisata Goa Monyet. Goa Monyet merupakan tempat berkumpulnya monyet yang menghuni kawasan ini. Hanya ada dua ekor monyet yang menghuni goa ini. Dulu sebenarnya ada juga monyet putih yang menghuni goa ini, sayangnya monyet putihnya sudah mati. Ada dua lokasi Goa Monyet di Kupang. 
Gua Monyet di Kota Kupang

Pada kesempatan ini saya mengunjungi Goa Monyet di kawasan Sasando. Tugu Sasando  berdiri dengan gagahnya di pertigaan jalur menuju Pantai Kelapa Lima. Sasando sendiri merupakan alat musik khas Rote, NTT. Saya sengaja memilih mengunjungi Goa Monyet ini karena letaknya berdekatan dengan objek wisata lainnya. Bahkan kita bisa berjalan kaki menuju Pantai Kelapa Lima selepas berkunjung dari Goa Monyet. Selain Goa Monyet di kawasan ini juga ada Goa Jepang. Goa nya rapi dan begitu eksotis. Saya baru menemukan goa dengan bentuk serapih ini. Halaman goa tampak seperti taman. Daun-daun tampak berserakan di kawasan ini. Dulunya Goa Jepang ini digunakan sebagai alat untuk menyimpan senjata. Lokasinya berdekatan dengan kantor Timor Ekspres, koran terbesar di daratan Pulau Timor. Menurutku kawasan ini merupakan salah satu yang harus Anda kunjungi ketika berkunjung ke Kupang. 

Kuliner khas NTT, Jagung Bose dan Sei

Jagung Bose adalah makanan khas NTT yang begitu populer. Jagung bose terbuat dari berbagai jenis kacang-kacangan. Sedangkan, sei adalah daging sapi yang dikeringkan kemudian digoreng. Sei ini sangat nikmat saat disantap dengan jagung bose ataupun nasi panas.

Pasar Kota Kupang dan Pantai Tedis Pantai Ketapang 1

Sekitar 5 jam sebelum ke Pulau Komodo, para peserta Sail Komodo 2013 singgah sebentar di Pasar Kota Kupang. Jika Anda ingin berburu oleh-oleh khas NTT, di pasar inilah salah satu pusatnya. Mulai dari kain khas NTT, kalung, gelang hingga gantungan kunci ada disini.

Masjid Nur Sya’adah juga berada tak jauh dari pasar. Ini merupakan masjid terbesar yang pernah saya kunjungi selama di NTT. Memasuki masjid Nur Sya’adah serasa tidak berada di NTT. Masjid yang ber-AC ini membuat betah. Berbeda dengan kondisi di luar yang sangat panas.  Masjid yang terletak di Kelurahan Fontein Kecamatan Kota Raja Kupang Kota ini memiliki desain yang sangat unik. 

Beberapa kosakata yang digunakan di Kota Kupang dan sekitarnya.
1.      Sonde                    : Tidak
2.      Pung                      : Punya
3.      Katong / Dong      : Mereka
4.      Su                          : Sudah
5.      Beta                      : Saya
6.      Lu                          : Kamu
7.      Balom                    : Belum
8.      Jang                       : Jangan

1 komentar:

Pages