Minggu, 29 Desember 2013

Keliling Rajabasa Raya melihat prosesi Bejuluk Buadok, prosesi pemberian adok suku Lampung Marga Tiyuh Balak Way Kanan

Suku Lampung merupakan salah satu suku yang mendiami wilayah Indonesia. Berragam seni budaya yang dimilikinya merupakan aset bangsa yang perlu terus dilestarikan. Salah satu upacara adat suku Lampung yang masih lestari hingga kini adalah upacara  bejuluk buadok. Bejuluk buadok sendiri termasuk dalam lima falsafah hidup suku Lampung selain Nemui Nyimah, Piil Pesenggiri, Nengah Nyappur dan Sakai Sambayan. Kelima falsafah ini masih terus dipegang oleh suku Lampung baik pepadun maupun saibatin. Suku Lampung yang berasal dari klien pepadun biasanya mendiami wilayah dataran, pegunungan maupun pedalaman. Sedangkan suku Lampung yang dikelompokkan dalam klien saibatin biasanya mendiami wilayah pesisir, baik di pinggir sungai maupun laut. Bahasa mereka juga dikelompokkan menjadi dua dialek, yakni dialek api dan nyow.

Pada Ahad, 22 Desember 2013 saya sempat mengikuti prosesi upacara bejuluk buadok marga Tiuh Balak Way Kanan. Prosesi ini dilaksanakan pada saat resepsi pernikahan kyai Azwin Nurkholis dan wo Roki Nurhera. Salah satu tokoh adat setempat, Bapak Hamidi didapuk sebagai pemimpin upacara adat tersebut. Beliau naik keatas panggung tanda upacara adat akan segera dimulai. Suasana begitu hikmat. Mula-mula ia menyapa para pendengar dengan sapaan khas Lampung. “ Tabik pun ” , suara itu menggema memenuhi seisi ruangan. “ Ya, pun “ jawab para pendengar dengan syahdu. Sebagian peserta upacara adat memang berasal dari suku Jawa. Wo Roki Nurhera sendiri berasal dari suku Jawa. Maka wajar saja jika sebagian besar pesertanya merupakan suku Jawa.

Sebagian besar mereka baru tahu sapaan khas Lampung ini walaupun mereka telah lama tinggal di Lampung. Bagi suku Lampung, sapaan tabik pun, merupakan hal yang wajar dan biasa, karena sapaan ini sering diperdengarkan dalam upacara-upacara adat. Tapi, bagi suku di luar Lampung, ini merupakan hal yang “ luar biasa ” bagi mereka. Maka, secara tidak langsung dalam upacara adat bejuluk buadok kali ini juga bisa dijadikan sebagai ajang untuk transfer of culture.

Pada prosesi bejuluk buadok kali ini memang tidak serumit upacara bejuluk buadok yang seperti biasanya. Upacara bejuluk buadok biasanya masuk dalam rangkaian upacara begawi yang diadakan selama 7 hari 7 malam. Kerbau merupakan binatang yang biasanya tak pernah absen setiap begawi digelar.
Tak berapa lama, Pak Hamidi selaku tokoh adat setempat melakukan tradisi angkonan. Roki Nurhera mempelai wanita yang berasal dari suku Jawa diangkat sebagai “anak kandung”. Hal ini dilakukan agar setiap ada upacara adat yang digelar oleh masyarakat adat marga Tiuh Balak, Roki bisa diterima dan diikutsertakan. Hal ini tentu akan lain ceritanya jika Roki tidak mengikuti aturan adat ini.

Kain tapis tujuh warna, uang adat kelipatan dua puluh empat ataupun prosesi minum dengan gelas yang ditukar tidak saya temukan pada tradisi angkonan kali ini. Memang, tradisi angkonan kali ini diadakan dengan cara yang sederhana. Prosesi angkonan kali ini hanya dengan membacakan melalui teks tertulis bahwa Roki Nurhera diangkat sebagai anak kandung dari tokoh adat tersebut. Dan kini, Roki secara sah bisa diterima keluarga besar mempelai pria.

Berfoto bersama mempelai wanita dan pria usai pemberian adok


Selepas prosesi angkonan, prosesi selanjutnya adalah inti dari upacara bejuluk buadok yakni pemberian adok ( gelar ). Kyai Azwin Nurkholis yang memakai kain tumpal dengan kopiah emas dikepalanya mendapatkan gelar Rajo Gusti sedangkan wo Roki Nurhera yang berbalut kain tapis dan siger balak di kepalanya kini bergelar Sangun Ratu. Maka, kini dalam kehidupan keseharian mereka dipanggil sesuai dengan gelar mereka. Makna dari upacara adat ini adalah bahwa setiap anak manusia harus harus tahu dengan jelas silsilah keluarganya. Itulah sebabnya upacara adat bejuluk buadok terus dilestarikan oleh suku Lampung hingga kini. Mari bersama-sama kita terus lestarikan adat budaya Lampung. Mak kham sapa lagi, mak ganta kapan lagi. Tabik.

0 komentar:

Posting Komentar

Pages