Pada
Jum’at, 31 Januari 2013 yang lalu telah dilangsungkan prosesi akad nikah antara
Ayu Mustika Sari dengan Gaung Perwira Yustika. Nuansa pernikahan pun kental
dengan adat Lampung. Selepas akad nikah tradisi mosok (suap-suapan) pun
dilakukan. Konon, keluarga besar Ayu yang kini tinggal di Gudang Agen dulunya
berasal dari Tiyuh Teladas, Menggala, Tulang Bawang. Tiyuh Teladas termasuk
dalam Mego Pak Tulang Bawang. Dalam keseharian mereka menggunakan Bahasa
Lampung dialek O.
Tradisi
mosok dipimpin oleh tetua adat wanita dari Mego Pak Tulang Bawang tiyuh
Teladas, yakni Hajah Latifah Hanum gelar Settan Sembah Mergo. Acara diawali
dengan pembacaan Basmallah dan pujian untuk Nabi Muhammad. Selanjutnya diatas
meja kecil ada Pagakh ( tempat makanan
suku Lampung yang terbuat dari kuningan ). Diatas pagakh telah tersedia
hidangan nasi kuning dengan ayam dan aneka sayuran yang telah dimasak. Dua buah
gelas yang berisi air putih dan air kopi pahit pun telah tersedia. Air kopi
pahit bermakna sebagai seorang suami/istri jangan terlalu cemburuan. Sedangkan
air putih memiliki artian bahwa sebagai seorang istri/suami harus senantiasa
berpikiran jernih dan menjaga kesucian diri.
Hajjah Latifah Hanum memimpin Prosesi Mosok
Prosesi
mosok (suapan) diawali dari ibu mempelai wanita, dilanjutkan ibu mempelai pria
serta tetua wanita dari keluarga kedua belah pihak. Satu per satu mereka
memberikan sesuap hidangan yang terletak diatas pagakh. Mereka menyuapi kedua
pengantin dengan penuh suka ria.
Ibu mempelai wanita menyuapi kedua mempelai secara bergantian
Saat sedang menyuapi kedua mempelai, maka
wanita lainnya secara kompak bilang “sorak e”. Sorak e berarti sebagai pemberi
semangat dan bersuka ria. Acara ini begitu heboh dan meriah. Acara mosok ini
hanya dilakukan oleh kaum wanita saja.
Sementara kaum pria biasanya mengan jejamo (makan bersama).
Para wanita Lampung Menggala mengikuti tradisi Mosok
Tradisi
mosok memiliki makna yang penting bagi masyarakat Lampung Menggala. Tradisi ini
bermakna sebegai penyerahan dan bentuk bakti mempelai wanita kepada mempelai
pria. Tradisi ini telah berlangsung dari generasi ke generasi walaupun mereka
telah hijrah dari Tiyuh Teladas.
Selepas
mosok, mempelai wanita akan memukul-mukul lembut kunci rumah diatas jidadnya.
Sembari dihitung dalam bahasa Lampung, Sai, khua, tigo, pak, limo, enom, pitu
dan secara serentak para tamu undangan khususnya kaum wanita akan meneriakkan
“Sorak e”. Tak ketinggalan prosesi berikutnya yakni bejuluk buadek (bejuluk
buadok). Bejuluk Buadek merupakan prosesi pemberian gelar. Hal ini sangat
penting dalam tradisi masyarakat Lampung. Mempelai wanita diberi gelar
(adok/adek) sejati, sedangkan mempelai pria diberi gelar pangeran dermawan.
Nama gelar tersebut akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan
berrumah tangga suku Lampung.
Usai tradisi Mosok kedua pengantin mengikuti prosesi Bejuluk Buadok
Kedua
pengantin mulai menaburkan kacang dan permen ke hadapan tamu undangan. Prosesi
ini pun mengakhiri acara mosok pada malam ini. Inilah salah satu tradisi suku
Lampung yang perlu terus dikembangkan.
Saya pun sempat berfoto di depan Puadek ( Singgasa mempelai pengantin dalam adat Lampung )
0 komentar:
Posting Komentar