Minggu, 16 Februari 2014

Nikmatnya Pindang Meranjat - Liwa


Liwa, mungkin kota yang tak begitu asing bagi warga yang tinggal di Lampung. Kota yang begitu kental dengan budaya Lampungnya ini begitu kesohor karena alamnya yang begitu hijau. Selasa, 4 Februari 2014 merupakan perjalanan kedua saya di ibukota Kabupaten Lampung Barat. Perjalanan ditempuh kurang lebih lima jam perjalanan darat dari Kota Bandar Lampung. Saya begitu menikmati perjalanan kali ini, apalagi saat melewati kawasan sekitar SMA N 2 Way Tenong. Hamparan sawah berundak-undak begitu memukau. Saya pikir sawah berundak-undak disini tak kalah dengan wisata sawah berundak-undak di Tegallalang Ubud, Bali. Sayang sawah berundak-undak disini hanya berfungsi sebagai lahan pertanian bukan untuk tujuan wisata.

Barisan rumah panggung khas suku Semendo (Semende) berjajar rapih sepanjang perjalanan. Namun, karena mengejar waktu menuju kota Liwa saya tak sempat mengabadikan “wisata budaya” dan “wisata alam” yang tak sengaja saya jumpai. Tapi, hati ini begitu takjub melihat keanekaragaman budaya Lampung disini. Subhanalloh, Maha Suci Alloh.

Sesampainya di Liwa, saya disambut dengan rumah panggung khas Lampung yang berbaris rapih seperti barisan pepohonan yang saya lewati sepanjang jalur lintas barat Sumatera. Kotanya tak begitu ramai. Barisan Rumah panggung berpadu dengan bangunan semi modern.

Suasana Kota Liwa di siang hari ( cuaca mendung )


Restauran dan warung makan bisa kita jumpai dengan mudah disini. salah satunya adalah Warung Makan Pindang Meranjat. Warung makan yang terletak di Jalan RA. Kartini Pasar Liwa ini khusus menyediakan menu pindang. Mulai pindang Baung, Patin, Mujaer hingga tulang iga. Harga yang ditawarkan juga cukup murah. Hanya dengan Rp.15.000 - Rp.25.000 Anda bisa menikmati segarnya ikan pindang. Saya memilih Pindang Ikan Patin. Ikan ini diambil langsung dari Komering, Sumatera Selatan. Pindang ekor patin begitu nikmat. Dagingnya begitu empuk, apalagi saat sampai dimulut. Kenikmatannya seolah terasa sampai ke ubun-ubun. Agoi,,,nikmatnyo (Aduh, nikmatnya). Pindang baung semakin mantap dengan aneka lalapan seperti terong, labu siam, timun, daun singkong rebus, siwil hingga petai goreng. Tak lupa, sambal khas Lampung yakni Tempoyak.





Kedai Pindang Meranjat - Pasar Liwa


Tempoyak Pindang Meranjat merupakan tempoyak terenak yang pernah saya cicipi. Sebagai maniak tempoyak tentunya saya hapal betul mana tempoyak yang benar-benar “asli” tempoyak. Tempoyak merupakan menu khas Lampung. Selain di Lampung, tempoyak juga dikenal di kawasan Sumatera Selatan dan Jambi. Proses pembuatan tempoyak sendiri cukup mudah. Daging durian dipisahkan dari bijinya. Daging durian kemudian diaduk merata dengan ditambahkan sedikit gula pasir dan garam. Usahakan durian yang benar-benar manis agar tempoyak terasa segar. Kemudian ditaruh didalam tempat yang rapat dan jangan sampai terkena angin. Tiga hari kemudian, tempoyak siap dibuat aneka sambal. Mulai dari sambal santan tempoyak hingga olahan tempoyak yang hanya dicampur dengan bawang dan cabai. Biasanya tempoyak yang dijual di pasaran telah dicampur dengan ubi, pisang maupun bonggol durian sehingga rasanya kurang nikmat.



 
 Sambal Tempoyak - Sambal Khas Lampung



 Jus Sirsak - Minuman favorit disini

Pindang meranjat di Liwa ini benar-benar tempat yang rekomendid untuk para pecinta kuliner. Kurang lengkap rasanya berkunjung ke Liwa jika belum mencicipi pindang yang satu ini. Selain Pindang, rumah makan ini juga menjual oleh-oleh khas Lampung seperti Kopi asli Lampung dan keripik aneka rasa. Mulai rasa coklat, keju, asin hingga original. Dijamin Anda bakal ketagihan mencicipi keripik pisang Lampung. Harga keripik pisang dan kopi Lampung dibanderol Rp. 10.000 – Rp. 20.000 per bungkusnya tergantung besar kecilnya ukuran. Jadi, tunggu apalagi, ayo wisata ke Liwa ibukota kabupaten Lampung Barat. Tabik.



 
 Kopi Lampung - oleh-oleh asli Lampung










 Keripik Pisang Lampung aneka rasa


0 komentar:

Posting Komentar

Pages