Senin, 02 Desember 2013

Labuan Bajo Kota mungil di Ujung Pulau Flores



Labuan Bajo merupakan kota kecil yang terus mengalami perkembangan. Berbagai etnis hidup berdampingan disini. Etnis Bugis, Makassar, Bima, Sumbawa, Sape, Jawa, Manggarai, dan etnis lainnya hidup berdampingan dengan damai. Labuan Bajo merupakan kota pesisir. Dermaganya pun penuh dengan kapal-kapal yang akan menuju berbagai tujuan di NTT, terutama Taman Nasional komodo. Tak heran jika masyarakatnya begitu terbuka dan ramah-ramah.
Kota mungil di ujung Pulau Flores ini merupakan pintu gerbang memasuki Kawasan Taman Nasional Komodo. Maka tak heran jika banyak “bule-bule” berlalu-lalu di kawasan ini. Hotel, bungalow, restauran, tempat penyewaan alat selam dan travel agent banyak dijumpai disini. Kota ini sempat menjadi iklan produk minuman. Hal ini tentunya sangat menguntungkan Labuan Bajo itu sendiri. Saya sempat singgah ke beberapa tempat menarik saat mengunjungi Labuan Bajo. Bangunan yang pertama saya kunjungi adalah Masjid yang unik ini.

 Masjid di Pusat Kota Labuan Bajo

Melihat Tari Caci di Pantai Pede
Pantai Pede merupakan salah satu destinasi wisata favorit di Labuan Bajo. Selain tempatnya yang strategis, pantai ini juga merupakan pantai yang romantis. Pede kecil adalah nama lain dari pantai Pede. Kita bisa berrenang, berjemur, bersantai dan memancing di pantai ini. Perahu-perahu beraneka warna milik warga pun berjejer rapih di sisi kanan pantai cantik ini.
Pasirnya putih dan terasa tebal sekali. Saat kaki ini menginjak di bibir pantai, pasir pun turut terangkat. Pantai yang bersih dan laut yang jernih membuat saya betah disini. Saya menyusuri pantai ini hingga ujung. Semakin lama memandang, semakin indah saja pantai ini. Deretan pulau-pulau kecil seolah mengitari pantai. Sungguh, pemandangan alam yang khas Manggarai. Birunya langit Labuan Bajo pun berpadu dengan biru laut Pantai Pede.
Saya berkunjung pada saat yang tepat. Hari ini, Sabtu, 14 september 2013 adalah puncak acara Sail Komodo 2013. Puluhan pasangan bujang-gadis berpakaian adat dari 32 provinsi di indonesia pun turut menyambut kedatangan Bapak Susilo Bambang Yudoyono. Nuansa khas NTT begitu terasa saat kita memasuki kawasan Pantai Pede yang menjadi pusat acara Sail Komodo.
Pada kesempatan kali ini Tarian Khas Manggarai, Tari Caci pun ditampilkan oleh penduduk setempat. Tari Caci merupakan salah satu tarian unik warisan nenek moyang masyarakat Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Sebelum modernisasi, tarian ini biasanya hanya digunakan saat berlangsungnya acara adat. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesakralan tarian ini. Tari yang menguji kemampuan ketangkasan, sportivitas dan olah vokal ini hanya diperagakan oleh laki-laki dewasa dan terpilih.

 Para Penari Tarian Caci

Pantai Gorontalo ( Pede Besar )
Pantai Gorontalo terletak di sebelah pantai Pede. Pede Besar adalah nama lain dari Pantai Gorontalo. Pantai ini masuk dalam wilayah desa Gorontalo. Desa ini dihuni oleh suku Bugis, Sape, Selayar, Makassar, Bima dan lainnya. Mayoritas penduduknya beragama Islam. Saya mengunjungi Pantai Gorontalo saat siang hari. Air laut pun surut. Tapal batas bibir pantainya begitu terlihat.  Pantai Gorontalo dengan Pantai Pede hanya dipisahkan oleh sedikit daratan yang menjorok ke laut. Jadi, sebenarnya Pantai Gorontalo bisa Anda tempuh dengan berjalan kaki lewat Pantai Pede. Tapi, siang hari yang terik membuat saya memutuskan untuk menyewa ojek motor. Tak kurang 6 menit dari Pantai Pede, saya pun sampai di Pantai Gorontalo. Tak perlu membayar tiket masuk untuk memasuki pantai ini. 

Perahu Nelayan di Pantai Pede 

Pantai ini seperti private beach, sepanjang mata memandang hanya saya wisatawan yang datang kesini. Pantainya masih sangat alami. Pantai ini pun tak kalah cantik dengan pantai Pede. Menurut warga setempat, Pantai Gorontalo akan ramai pada sore hari. Masyarakat dari daerah sekitar akan bersantai di sepanjang bibir pantai sambil melihat matahari terbenam. Beberapa perahu nelayan bersadar di sekitar pantai. 

Pasar Malam di Labuan Bajo ( Komodo Expo 2013 )
Setiap mengunjungi suatu kota, saya biasanya ingin tahu kehidupan malam di kota yang saya singgahi. Biasanya selain menikmati kulinernya, saya juga bisa melihat kondisi kota tersebut. Sebelum KRI Makasar 590 berlayar kembali menuju Denpasar, saya memutuskan untuk jalan-jalan malam. Kebetulan malam ini adalah malam terakhir Komodo Expo 2013. Sebuah ajang promosi pariwisata, budaya, kuliner dan sharing knowledge dari berbagai instansi dan individu.
Semakin malam semakin ramai saja Komodo expo kali ini. Masyarakat dari berbagai etnis berhamburan disini. Ini terlihat dari face mereka yang begitu khas. Komodo Expo kali ini menjadi pasar malam bagi warga Labuan Bajo dan sekitarnya. Selain itu ada juga pertunjukan seni budaya dari Manggarai, Bima, Kupang dan daerah lainnya. Aneka kuliner khas setempat pun bisa kita jumpai disini. Saya membeli wajik, seperti halnya wajik biasa pada umumnya. Satu hal yang membedakannya adalah wajik ini dibuat dari nasi ketan hitam. Ternyata rasanya seperti tape jawa yang biasa saya konsumsi saat Hari Raya Idul Fitri.
Selain makanan, aneka souvenir khas NTT pun bisa kita jumpai dengan mudah disini. Di luar arena pameran, suasana malamnya tak kalah rame. Bule – bule pun banyak berjalan-jalan menikmati malam di Labuan Bajo. Sepengetahuan saya tidak ada klub-klub malam layaknya di Kawasan Kuta. Bule-bule biasanya singgah disini sebelum menuju Pulau Komodo.
Sepanjang perjalanan dari dermaga menuju arena Komodo Expo banyak aneka makanan yang dijajakan warga sekitar. Anda tak perlu susah-susah untuk mencari makanan halal disini. Banyak muslim yang tinggal disini dan membuka kedai makanan maupun minuman. 
Hotel, Bungalow maupun wisma tersebar luas disini. Anda tak perlu khawatir, Anda bisa memilih tempat yang pas dan nyaman sesuai kantong Anda untuk beristirahat. Fasilitas umum lainnya pun sudah banyak berdiri disini. Labuan Bajo sebuah kota Mungil yang semakin maju. Budaya tradisional dan modern menghiasai wajah Labuan Bajo. Perjalanan ke Labuan Bajo kali ini tak akan terlupakan bagi saya. Labuan Bajo akan tersimpan rapih dalam catatan perjalanan hidupku mengelilingi Indonesia. 

 Suasana di Pelabuhan Labuan Bajo ( melengkapi perjalanan kali ini )

2 komentar:

Pages